Banner

Upaya de-dolarisasi global terus berlanjut saat dolar AS makin goyah

Ilustrasi. Pelemahan dolar adalah hasil dari keengganan Washington untuk “mengakui kesalahan mereka sendiri dan memperbaikinya”. (Jp Valery on Unsplash)

Euro tidak mungkin menggantikan dolar AS karena “terus merugi”, sehingga mata uang negara-negara dengan ekonomi berdaulat lebih mungkin untuk mengambil alih dominasi Greenback.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Mata uang dolar AS yang juga disebut Greenback terus kehilangan posisi globalnya di bawah upaya de-dolarisasi yang telah dimulai dan tidak ada cara untuk menghentikannya, tulis Ketua Duma (Dewan Perwakilan Rakyat) Rusia, Vyacheslav Volodin, di saluran Telegramnya pada hari Selasa.

“Seberapa cepat upaya de-dolariasi – yah, pertanyaannya tetap terbuka, tetapi jelas bahwa proses de-dolarisasi telah dimulai di dunia dan itu tidak dapat dihentikan,” kata Volodin. Dia menyebutkan lima alasan mengapa mata uang Amerika melemah.

Secara khusus, seperti yang ditekankan Volodin, dolar AS tidak didukung oleh barang dan sumber daya yang nyata apa pun. 

upaya de-dolarisasi
Ilustrasi. Perjanjian Bretton Woods menetapkan penggunaan standar emas universal guna menciptakan nilai tukar mata uang tetap. (Jingming Pan on Unsplash)

“Setelah AS menarik diri dari Perjanjian Bretton Woods, dolar berhenti terikat pada nilai emas. Mesin cetak AS tidak lagi dibatasi oleh apa pun, dan di situlah utang nasional AS yang besar dan rekor inflasi Biden masuk,” kata Volodin. 

Selain itu, mata uang AS sering digunakan sebagai “alat pertempuran politik”. “Sanksi ilegal, pembatasan pembayaran, pencurian cadangan devisa – semua ini tidak memberikan kepercayaan kepada negara lain bahwa uang mereka akan aman,” kata Ketua Duma Rusia.

Alasan lain melemahnya dolar adalah perubahan geopolitik. Secara khusus, Volodin menekankan, model unipolar sudah ketinggalan zaman. 

“Ada permintaan untuk multipolaritas di dunia. Akibatnya, untuk alternatif dolar. Menumbuhkan penyelesaian bersama dalam mata uang nasional membuktikannya,” kata Volodin. 

Dia juga menambahkan bahwa pelemahan dolar adalah hasil dari keengganan Washington untuk “mengakui kesalahan mereka sendiri dan memperbaikinya.”

Alasan kelima melemahnya Greenback, menurut Volodin, adalah sifat alamiah sejarah yang berulang. 

“Ada pola tertentu, yakni setiap mata uang hidup selama sekitar seratus tahun. Real Portugis digantikan oleh real Spanyol. Kemudian diikuti gulden Belanda, franc Prancis, pound Inggris, dan dolar Amerika. Yang terakhir akan segera menjadi digantikan oleh sesuatu yang lain,” tulis Volodin. 

Menurutnya, euro tidak mungkin menggantikan dolar AS karena “terus merugi”, sehingga mata uang negara-negara dengan ekonomi berdaulat lebih mungkin untuk mengambil alih dominasi Greenback.

Bretton Woods

Perjanjian Bretton Woods dicapai dalam pertemuan puncak tahun 1944 yang diadakan di New Hampshire, AS di sebuah lokasi dengan nama yang sama.

Kesepakatan tersebut dicapai oleh 730 delegasi yang merupakan perwakilan dari 44 negara sekutu yang menghadiri KTT tersebut. 

Dalam perjanjian itu para delegasi sepakat untuk menggunakan standar emas universal guna menciptakan nilai tukar mata uang tetap.

Namun, sistem Bretton Woods tak bertahan lama. Mendukung mata uang dengan standar emas mulai menjadi masalah serius sepanjang akhir 1960-an. 

Pada tahun 1971, isu ini semakin buruk sehingga mendorong Presiden AS Richard Nixon memberikan pemberitahuan bahwa kemampuan untuk mengubah dolar menjadi emas ditangguhkan “sementara.” 

Ada beberapa upaya oleh perwakilan, pemimpin keuangan, dan badan pemerintah untuk menghidupkan kembali sistem ini dan menjaga nilai tukar mata uang tetap. 

Namun, pada tahun 1973, hampir semua mata uang utama mulai mengambang relatif terhadap satu sama lain, dan seluruh sistem akhirnya runtuh.

Sumber: TASS; https://corporatefinanceinstitute.com/

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan