Banner

UNRWA peringatkan adanya ancaman terhadap eksistensinya di tengah konflik di Gaza

Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), memberikan pengarahan singkat dalam pertemuan informal Majelis Umum mengenai UNRWA di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, pada 4 Maret 2024. (Xinhua/UN Photo/Evan Schneider)

UNRWA beroperasi secara terbatas setelah penghentian pendanaan yang signifikan, yang dipicu oleh tuduhan Israel bahwa 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan Hamas.

 

PBB (Xinhua) – Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), pada Senin (4/3) memperingatkan tentang adanya upaya untuk membubarkan badan tersebut.

Lazzarini menyatakan kekhawatirannya di Majelis Umum PBB tentang “kampanye yang disengaja dan terkoordinasi” yang bertujuan untuk menghentikan aktivitas badan tersebut, di tengah tuduhan Israel bahwa badan tersebut menyembunyikan lebih dari 450 “agen militer” dari Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.

“UNRWA sedang menghadapi kampanye yang disengaja dan terkoordinasi untuk melemahkan dan pada akhirnya mengakhiri operasinya,” kata Lazzarini.

UNRWA, yang sangat penting bagi bantuan kemanusiaan di Gaza, “beroperasi secara terbatas” setelah penghentian pendanaan yang signifikan, yang dipicu oleh tuduhan Israel bahwa 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan Hamas, kata kepala UNRWA itu.

Banner

Lazzarini memperingatkan media pada hari yang sama bahwa “hal yang lebih buruk masih dapat terjadi” bagi UNRWA dan para penerima manfaatnya.

“Kita berada dalam situasi di mana ada keputusan politik untuk menghapuskan UNRWA,” ujarnya, mengutip pengumuman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan bahwa “tidak ada tempat” bagi UNRWA di Gaza, serta berbagai upaya untuk memblokir dan mengusir staf UNRWA dari kompleks mereka “dengan tujuan untuk membubarkan badan tersebut.”

Lazzarini mengonfirmasi bahwa sebuah laporan UNRWA yang belum dipublikasikan akan mendokumentasikan pengalaman mereka yang dibebaskan dari tahanan Israel sejak Oktober tahun lalu, termasuk para staf UNRWA, yang “mengalami trauma” akibat “pengalaman buruk” tersebut.

“Ini meliputi berbagai macam perlakuan buruk, dan kami mendengar berbagai cerita tentang orang-orang yang direndahkan secara sistematis, dipaksa untuk telanjang, menjadi sasaran pelecehan verbal dan psikologis,” ujarnya, memberikan informasi tentang temuan dalam laporan tersebut.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan