Jakarta (Indonesia Window) – Universitas Cenderawasih Jayapura dan organisasi lingkungan hidup World Wide Fund for Nature (WWF) meluncurkan buku Panduan Lapangan Bagi Pemandu Ekowisata Pengamatan Burung di Papua di Jayapura pada Jumat.
Buku tersebut merupakan hasil survei keragaman jenis burung di wilayah dataran rendah Papua Bagian Utara dan pulau-pulaunya yang dilakukan oleh Universitas Cenderawasih dan Yayasan WWF Indonesia Program Papua dalam kurun waktu 2016-2019, demikian keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Survei tersebut juga menjadi dasar dikembangkannya program ekowisata pengamatan burung berbasis masyarakat di beberapa lokasi seperti Kampung Rhepang Muaif dan Sawesuma di Kabupaten Jayapura, serta Kampung Sawendui dan Aryoubu di Kabupaten Kepulauan Yapen.
Dalam peluncuran buku tersebut, Rektor Universitas Cenderawasih Dr. Apolo Safanpo menyampaikan bahwa sebagai universitas pertama yang berdiri di Tanah Papua, Universitas Cenderawasih terus berupaya meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan pendidikan tinggi kepada masyarakat.
“Buku ini diharapkan memberikan manfaat dalam meningkatkan kapasitas masyarakat dan memperkuat peran kampus dalam pengabdian masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Cenderawasih Dr. Dirk Y. P. Runtuboi menyatakan bahwa identifikasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan merupakan salah satu fokus penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cenderawasih guna melindungi kekayaan alam Papua.
Buku tersebut memuat deskripsi 114 jenis burung dari 212 spesies yang ditemukan di dataran rendah Papua, sehingga sangat representatif menjadi salah satu acuan dalam pengamatan dan identifikasi burung, khususnya bagi masyarakat dan para pecinta burung.
Manager Program Papua Yayasan WWF Indonesia Wika Rumbiak mengatakan, selain sebagai panduan beraktivitas para pemandu ekowisata, buku ini juga merupakan sumber informasi dan edukasi bagi wisatawan.
“Burung-burung adalah satwa yang dilindungi dan pemanfaatannya hanya sebagai aset wisata berkelanjutan dan tidak boleh diperdagangkan atau dijadikan buah tangan,” tuturnya.
“Buku ini juga bagian dari dokumentasi budaya setempat, karena dilengkapi dengan bahasa lokal,” jelas Wika.
Sementara itu, Kepala Bidang Pariwisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua, Elius Wantik, mengatakan, “Dalam rencana induk pariwisata Provinsi Papua untuk ekowisata, buku ini dapat bersinergi dengan program-progran ekowisata khususnya, dan bermanfaat bagi pemandu wisata dan masyarakat luas dalam melindungi burung, terutama burung cenderawasih dari kepunahan.”
Buku ini dikemas penuh warna, dengan beberapa fakta menarik tentang jenis burung tertentu, serta ilustrasi yang menarik minat anak-anak untuk lebih jauh belajar bagaimana mengidentifikasi morfologi burung.
Versi digitalnya dilengkapi dengan fitur suara burung yang bisa langsung didengar.
Berbagai keunikan buku ini membuatnya dapat digunakan oleh pecinta burung baik anak-anak maupun kalangan dewasa.
Laporan: Redaksi