Banner

China desak AS, Inggris, dan Australia untuk hentikan tindakan proliferasi nuklir

Sejumlah orang membentangkan spanduk untuk memprotes rencana penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok Tujuh (Group of Seven/G7) di lokasi penjatuhan bom atom dekat Taman Monumen Perdamaian di Hiroshima, Jepang, pada 14 Mei 2023. (Xinhua/Yang Guang)

Tindakan proliferasi nuklir oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Australia, bisa menciptakan risiko-risiko proliferasi nuklir, mengancam sistem nonproliferasi nuklir internasional, merusak Perjanjian Zona Bebas Nuklir Pasifik Selatan (South Pacific Nuclear Free Zone Treaty), dan melemahkan upaya negara-negara ASEAN untuk membentuk zona bebas senjata nuklir di Asia Tenggara.

 

Beijing, China (Xinhua) – China menyerukan kepada Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia untuk mengindahkan keprihatinan masyarakat internasional serta menghentikan tindakan proliferasi nuklir seperti kerja sama kapal selam nuklir mereka, demikian dikatakan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin di Beijing pada Selasa (6/6).

Menurut sejumlah laporan, Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen mengatakan dalam pidatonya pada Senin (5/6) bahwa “aliansi skala kecil yang relevan dengan kapal selam bertenaga nuklir antara AS, Inggris, dan Australia menjadi perhatian ASEAN dan negara-negara di kawasan tersebut karena ASEAN merupakan zona bebas senjata nuklir, dan kami menentang proliferasi senjata nuklir.” Dia mengatakan aliansi militer itu sebagai “titik awal perlombaan senjata yang sangat berbahaya” dan “jika situasi ini berlanjut, dunia akan menghadapi bahaya yang lebih besar.”

Wang mengatakan dalam sebuah taklimat pers harian bahwa pernyataan PM Hun Sen menyuarakan tentang keprihatinan yang dimiliki secara luas oleh negara-negara regional, termasuk negara-negara ASEAN.

Kemitraan keamanan Australia, Inggris Raya, AS (Australia, United Kingdom, United States/AUKUS) dan kerja sama kapal selam nuklir terkait menciptakan risiko-risiko proliferasi nuklir, mengancam sistem nonproliferasi nuklir internasional, merusak Perjanjian Zona Bebas Nuklir Pasifik Selatan (South Pacific Nuclear Free Zone Treaty), dan melemahkan upaya negara-negara ASEAN untuk membentuk zona bebas senjata nuklir di Asia Tenggara, ujar Wang.

Menurut perkiraan para pakar pengawasan senjata internasional, bahan nuklir tingkat senjata (weapon-grade) yang rencananya akan ditransfer ke Australia oleh AS dan Inggris akan cukup untuk membangun sebanyak 64 hingga 80 senjata nuklir, sebut Wang.

Dia menambahkan bahwa jika ketiga negara tersebut ingin tetap memajukan kerja sama kapal selam nuklir mereka, hal itu pasti akan memberikan pukulan berat yang tidak dapat diubah terhadap integritas, kemanjuran, dan otoritas sistem nonproliferasi nuklir internasional serta memicu perilaku serupa di negara-negara nonsenjata nuklir lainnya, sehingga mengubah kawasan itu menjadi sebuah arena perlombaan senjata.

“Praktek mencari keamanan sendiri dengan mengorbankan keamanan negara lain dan menjerumuskan negara lain ke dalam ‘kecemasan keamanan’ sangat tidak bertanggung jawab dan berbahaya,” katanya.

Wang mengatakan sebagai mitra strategis ASEAN yang komprehensif dan tetangga yang bersahabat, China dengan tegas mendukung upaya negara-negara ASEAN untuk membentuk zona bebas senjata nuklir di Asia Tenggara.

Selain itu, dia menambahkan bahwa China merupakan negara senjata nuklir pertama yang secara terbuka mendukung Perjanjian Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara dan telah menyatakan kesiapan untuk menandatangani Protokol Perjanjian tersebut.

“Kami sekali lagi menyerukan kepada AS, Inggris, dan Australia untuk mengindahkan keprihatinan masyarakat internasional, menghentikan tindakan proliferasi nuklir seperti kerja sama kapal selam nuklir mereka, berhenti merusak sistem nonproliferasi nuklir internasional dengan menerapkan standar ganda, dan berhenti membuat badai di atas Samudra Pasifik,” ujarnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan