Tentara Rusia yang telah terlibat dalam ‘operasi militer’ Moskow di Ukraiana terdiri atas 50.000 yang dimobilisasi untuk bertempur melawan unit-unit tempur di Ukraina, 80.000 di zona ‘operasi militer khusus’, dan 320.000 wajib militer di kamp pelatihan di Rusia.
Jakarta (Indonesia Window) – Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin (7/11) mengatakan bahwa 50.000 tentara Rusia telah dimobilisasi untuk bertempur melawan unit-unit tempur di Ukraina, kantor berita Interfax melaporkan.
Putin mengatakan 80.000 tentaranya berada “di zona operasi militer khusus” – istilah yang digunakan Rusia untuk perangnya di Ukraina – dan sisanya dari hampir 320.000 wajib militer berada di kamp pelatihan di Rusia.
“Kami sekarang memiliki 50.000 (tentara) yang melawan unit tempur mereka. Sisanya belum ambil bagian dalam pertempuran,” sebut Interfax mengutip Putin saat berkunjung ke wilayah Tver, di luar Moskow.
Pada bulan September, Putin mengumumkan upaya ‘mobilisasi parsial’ untuk memanggil ratusan ribu prajurit baru untuk berperang setelah Ukraina merebut kembali sebagian besar wilayah dalam serangan balasan. Langkah itu memicu eksodus ratusan ribu orang Rusia dan memicu protes anti-perang di seluruh negeri.
Pekan lalu Putin mengatakan total 318.000 tentara telah dipanggil untuk wajib militer.
Rusia mengakhiri upaya mobilisasi parsial pada akhir Oktober, dengan menteri pertahanan Sergei Shoigu mengatakan pada 28 Oktober bahwa sekitar 41.000 prajurit Rusia telah bergabung dengan unit tempur mereka untuk bertempur di Ukraina.
Korea Utara membantah
Sementara itu, Korea Utara mengatakan tidak pernah melakukan transaksi senjata dengan Rusia dan tidak memiliki rencana untuk melakukannya di masa depan. Hal ini menyangkal tuduhan Amerika Serikat (AS) bahwa Pyongyang memasok Moskow dengan peluru artileri untuk digunakan dalam perangnya di Ukraina, kantor berita negara KCNA melaporkan pada Selasa.
“Kami sekali lagi menjelaskan bahwa kami tidak pernah memiliki ‘urusan senjata’ dengan Rusia dan bahwa kami tidak memiliki rencana untuk melakukannya di masa depan,” sebut KCNA mengutip wakil direktur urusan luar negeri militer Kementerian Pertahanan Nasional Korea Utara.
Pekan lalu, juru bicara Gedung Putih untuk Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan, “Informasi kami menunjukkan bahwa Korea Utara secara diam-diam memasok sejumlah besar peluru artileri untuk perang Rusia di Ukraina, sementara mengaburkan tujuan sebenarnya dari pengiriman senjata dengan mencoba membuat sepertinya mereka dikirim ke negara-negara di Timur Tengah atau Afrika Utara.”
Washington juga menuduh Iran memasok Rusia dengan drone yang digunakan dalam perang Moskow melawan Ukraina.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan pekan lalu bahwa sanksi Korea Utara adalah pilihan di meja diskusi, “Sama seperti kami menggunakan setiap alat dan akan menggunakan setiap alat untuk melawan penyediaan senjata Iran ke Rusia, kami akan melakukan sama dalam hal penyediaan senjata Korea Utara ke Rusia.”
Sumber: Reuters; Al Arabiya English
Laporan: Redaksi