Banner

Arkeolog China rekonstruksi wajah leluhur berusia 5.000 tahun via teknologi 3D

Gambar yang bersumber dari Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Provinsi Liaoning, China, ini menunjukkan langkah-langkah rekonstruksi wajah seorang pria dari budaya Hongshan yang hidup pada Zaman Neolitikum. (Xinhua)

Teknologi tiga dimensi (3D) telah membantu para ilmuwan merekonstruksi wajah seorang pria dari budaya Hongshan yang hidup pada Zaman Neolitikum, memberikan gambaran sekilas kepada para audiens modern mengenai kehidupan lebih dari 5.000 tahun silam.

 

Shenyang, China (Xinhua/Indonesia Window) – Bayangkan menengok jauh ke masa lampau dengan melihat sekilas wajah seorang leluhur kuno berdasarkan sebuah tengkorak. Berkat teknologi tiga dimensi (3D) mutakhir, para arkeolog di provinsi Liaoning dan Jilin, China timur laut, berhasil mewujudkan fantasi ini menjadi kenyataan.

Para peneliti dari Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Provinsi Liaoning serta Fakultas Arkeologi di Universitas Jilin berhasil merekonstruksi secara digital wajah seorang pria dari budaya Hongshan yang hidup pada Zaman Neolitikum, memberikan gambaran sekilas kepada para audiens modern mengenai kehidupan lebih dari 5.000 tahun silam.

Wajah yang direkonstruksi itu milik seorang pria yang diperkirakan berusia antara 25 hingga 30 tahun, kata Li Haibo, wakil direktur institut tersebut, seraya menyatakan bahwa tengkorak yang relatif terawat dengan baik itu digali dari sebuah makam yang berasal dari periode budaya Hongshan yang ditemukan di Kota Chaoyang, Provinsi Liaoning.

Para peneliti menggabungkan wawasan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk antropologi, anatomi, ilmu komputer, dan seni, untuk menentukan jenis kelamin dan usia individu tersebut, yang menciptakan kembali ciri-ciri wajah hingga ke detailnya seperti warna mata, kulit, dan rambut.

Banner

“Ini merupakan rekonstruksi pertama yang didasarkan pada tengkorak leluhur Hongshan yang sebenarnya,” ujar Li. “Wajah yang direkonstruksi ini dapat dianggap sebagai hasil paling mendekati realitas yang berhasil dicapai hingga saat ini.”

Menurut Guo Dashun, seorang arkeolog terkemuka China, budaya Hongshan menjadi penanda penting dalam transisi China ke era negara-negara kuno. Penemuan budaya ini menjadi dasar untuk memahami asal-usul peradaban China yang beragam.

Dibandingkan dengan metode restorasi patung konvensional, teknologi 3D memberikan presisi ilmiah yang lebih tepat, akurasi yang lebih tinggi, dan efisiensi yang lebih baik, ungkap Li.

Kemajuan China dalam teknologi 3D terus memberikan wawasan yang berharga bagi penemuan arkeologi, membantu mengungkap rupa sebenarnya manusia pada zaman kuno dan memperdalam pemahaman kita tentang sejarah.

Pada Mei tahun ini, Museum Hunan di Changsha, Provinsi Hunan, China tengah, merilis gambar ‘figur digital 3D’ Xin Zhui, salah satu mumi basah yang paling terkenal di dunia, lalu empat bulan kemudian, para arkeolog di Provinsi Henan mengungkap rekonstruksi wajah dari dua pria yang hidup di dekat Sungai Kuning pada Zaman Neolitikum.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan