Banner

Teknologi pertanian hemat air China untungkan negara-negara BRI

Foto yang diabadikan pada 2 September 2022 ini menunjukkan sebuah ladang dengan teknologi hemat air dan pengurangan pengeringan di kawasan peragaan teknologi padi di Kota Fujin, Provinsi Heilongjiang, China timur laut. (Xinhua/Zhang Tao)

Teknologi pertanian hemat air China cocok untuk daerah gersang dan memiliki potensi besar untuk kerja sama pertanian dengan beberapa negara Sabuk dan Jalur Sutra.

 

Lanzhou, China (Xinhua) – Muhammad Ali Raza, seorang doktor Pakistan, baru-baru ini sedang mengerjakan eksperimen tentang penggunaan mulsa plastik dan irigasi tetes dalam sistem tumpang sari serealia-kacang-kacangan di sebuah stasiun penelitian pertanian hemat air yang berlokasi di Kota Zhangye, Provinsi Gansu, China barat laut.

“Jerami tanaman diolah menjadi mulsa dan digunakan di lahan penanaman campuran kedelai-jagung,” papar Raza, seraya menambahkan bahwa teknologi pertanian hemat air tersebut tidak hanya dapat menghindari pemborosan sumber daya dan menghemat air secara efektif, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi penguapan di permukaan tanah.

Raza (33) datang ke Akademi Ilmu Pertanian Gansu (Gansu Academy of Agricultural Sciences/GAAS) untuk melanjutkan studi pascadoktoralnya setelah GAAS menandatangani memorandum dengan sebuah universitas di Pakistan pada 2022 untuk melakukan kerja sama dalam transformasi teknologi pertanian modern dan proyek pelatihan personel.

Dalam beberapa tahun terakhir, GAAS telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan sejumlah lembaga di Pakistan, Tajikistan, Malaysia, dan negara-negara lain yang berpartisipasi dalam Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) untuk melakukan kerja sama ekstensif dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian.

Selada yang ditanam di air dan cabai yang ditanam di atas substrat tumbuh subur di sebuah rumah kaca pintar di GAAS, berkat upaya Ma Zhongming, kepala organisasi tersebut.

Ma telah mendedikasikan dirinya untuk penelitian dan promosi teknologi budi daya tanpa tanah, dengan hasil yang mengesankan ini.

“Budi daya tanpa tanah cocok untuk daerah gersang dan memiliki potensi besar untuk kerja sama pertanian dengan beberapa negara Sabuk dan Jalur Sutra,” ujar Ma, yang juga merupakan profesor pembimbing Raza.

“Saya antusias dengan penelitian ini. Bidang studi saya terkait dengan pertanian kering dan fasilitas pertanian di China, dan saya berharap dapat memperkenalkan teknologi-teknologi terkait di Pakistan di masa mendatang,” tutur Raza.

Xiong Youcai, seorang profesor di Fakultas Ekologi Universitas Lanzhou, telah memimpin tim yang didedikasikan untuk penelitian dan promosi teknologi pertanian lahan kering sejak 2011 di Afrika Timur.

Sistem tanam juring ganda seluruh lapisan (all-film double-furrow sowing), teknologi pertanian yang berasal dari Dataran Tinggi Loess yang gersang di China, kini telah diterapkan pada produksi pertanian di Kenya dan negara-negara lain berdasarkan kondisi setempat untuk membantu meringankan dampak kekeringan parah pada produksi pangan.

Pada 2022, tim Xiong, dengan dukungan dari National Natural Science Foundation of China, meluncurkan proyek kerja sama internasional yang melibatkan pemanfaatan efisien dan pengelolaan adaptif sumber daya air hujan di pertanian lahan kering di Dataran Tinggi Afrika Timur.

Proyek ini dirancang untuk lebih memperluas kemampuan adaptasi dan manfaat teknologi pertanian lahan kering.

“Misalnya Kenya. Jika teknologi sistem tanam juring ganda seluruh lapisan dipromosikan secara efektif di negara ini, sepertiga dari tanah Kenya dapat memberi makan seluruh populasi Kenya,” kata Xiong.

“Kerja sama pertanian BRI telah menunjukkan kemajuan yang berkelanjutan, dan akan lebih ditingkatkan dalam bidang teknologi pertanian, pertukaran personel, dan kebijakan pertanian,” tutur Ma.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan