Teknik transplantasi organ yang diadopsi oleh sebuah rumah sakit di China sukses menarik perhatian karena potensinya dalam memecahkan masalah cedera iskemik organ donor dalam operasi transplantasi organ.
Guangzhou, China (Xinhua) – Sebuah teknik transplantasi organ yang diadopsi oleh sebuah rumah sakit di China sukses menarik perhatian karena potensinya dalam memecahkan masalah cedera iskemik organ donor dalam operasi transplantasi organ.
Transplantasi organ bebas iskemia (ischemia-free organ transplantation/IFOT), teknik yang dipelopori oleh Profesor He Xiaoshun di Rumah Sakit Afiliasi Pertama Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, ibu kota Provinsi Guangdong, China selatan, telah diaplikasikan dalam sebuah operasi yang dilakukan pada Desember 2023.
Para ahli transplantasi organ dari Jerman, Amerika Serikat, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bertemu di rumah sakit tersebut untuk mengamati operasi transplantasi hati yang dilakukan.
Dalam transplantasi organ konvensional, perfusi dilakukan dengan cepat pada organ donor untuk memperoleh organ, yang kemudian diawetkan dengan es, dipindahkan, dan lalu dicangkokkan ke dalam tubuh pasien. Selama proses tersebut, suplai darah ke organ terputus sepenuhnya, sehingga menyebabkan kerusakan iskemik yang tidak dapat dihindari dan mengurangi kualitas organ.
Tim ini mendedikasikan diri pada pemecahan masalah cedera iskemik pada organ donor dalam operasi transplantasi organ konvensional selama bertahun-tahun.
Pada 2016, tim tersebut mengembangkan “perangkat perfusi normotermik multiorgan”, yang dapat menyimulasikan tubuh manusia untuk menyediakan darah dan nutrisi bagi organ donor. Alat ini, untuk pertama kalinya, membuat multiorgan ex vivo tetap “segar” untuk waktu yang lama.
Dengan bantuan alat tersebut, tim He berhasil melakukan transplantasi hati, ginjal, dan jantung bebas iskemia pertama di dunia masing-masing pada tahun 2017, 2019, dan 2021.
Dibandingkan dengan transplantasi konvensional, teknologi baru ini secara signifikan mengurangi komplikasi pascaoperasi dan meningkatkan pemanfaatan organ. Hasil penelitian yang relevan juga dipublikasikan dalam jurnal medis dan konferensi akademik internasional, menarik banyak perhatian di bidang ini.
“Mereka menunjukkan bahwa teknologi ini aman dan dapat menyelesaikan masalah yang kita hadapi,” kata Bjorn Nashan, mantan presiden German Transplantation Society, yang telah beberapa kali mengunjungi Guangzhou untuk mengamati operasi.
Optimistis mengenai masa depan transplantasi organ di China, Nashan pun pindah ke China pada 2017 untuk bekerja sebagai direktur pusat transplantasi organ di sebuah rumah sakit. Nashan mengatakan dia berharap dapat bekerja sama dengan tim China untuk membawa teknologi ini ke Jerman dan negara-negara lain di masa depan.
“Profesor He dan timnya menunjukkan bahwa mereka berada di garis terdepan dalam transplantasi organ. Teknologi ini dapat dipromosikan ke berbagai wilayah di dalam dan luar China melalui kerja sama,” kata John Fung, presiden terpilih Transplantation Society.
“Inovasi dan teknik bedah ini telah meningkatkan kemungkinan untuk menggunakan lebih banyak organ, terutama yang tidak dalam kondisi baik dan kemungkinan akan ditolak, sehingga memaksimalkan potensi organ donor,” kata Efstratios Chatzixiros, penasihat di bidang transplantasi (organ, jaringan, sel) di WHO.
Laporan: Redaksi