Syekh Agung Al Azhar Mesir, Prof. Ahmed Mohammed Ahmed Al-Thayeb, bertemu Presiden Jokowi, membahas pentingnya perdamaian dan toleransi, serta penguatan dialog antariman.
Jakarta (Indonesia Window) – Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyambut Syekh Agung Al Azhar Mesir, Prof. Ahmed Mohammed Ahmed Al-Thayeb, di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari rangkaian perjalanan Prof. Al-Thayeb ke Asia Tenggara yang juga mencakup Malaysia dan Thailand.
Dalam keterangannya usai mendampingi Presiden Jokowi, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, menjelaskan bahwa ini merupakan yang ketiga kalinya Syekh Agung Al Azhar berkunjung ke Indonesia, setelah sebelumnya pada tahun 2016 dan 2018. Tujuan utama kunjungan itu adalah untuk mempromosikan Islam moderat dan dialog antariman.
“Di dalam pertemuan tadi, Bapak Presiden menyampaikan bahwa kunjungan Grand Syekh ini dan kemudian nantinya—insya Allah pada bulan September—akan ada kunjungan Paus, akan membawa pesan yang sangat kuat mengenai pentingnya perdamaian dan pentingnya toleransi,” ujar Menlu Retno.
Dalam pertemuan dengan Grand Syekh, kepala negara membahas tiga hal penting. Pertama adalah terkait dengan hubungan antara Indonesia dan Mesir, khususnya di bidang pendidikan. Presiden menggarisbawahi bahwa 95 persen warga negara Indonesia (WNI) di Mesir merupakan pelajar.
“Grand Syekh mengatakan bahwa beliau tidak pernah menerima keluhan dari mahasiswa Indonesia, yang berarti karakter mahasiswa Indonesia adalah baik,” jelas Retno, seraya menambahkan bahwa Presiden Jokowi juga mendorong pembentukan Markaz Tatweer Al Azhar cabang Indonesia.
Hal kedua yang dibahas adalah mengenai pentingnya perdamaian dan toleransi. Presiden menyampaikan bahwa saat ini perang dan konflik terjadi di mana-mana, termasuk di Gaza, Palestina, sehingga penting bagi semua pihak untuk terus menyuarakan gencatan senjata yang permanen, mempermudah akses bantuan kemanusiaan, dan mewujudkan perdamaian dengan segera.
“Dalam menanggapi hal ini, Grand Syekh sangat setuju dengan pandangan Bapak Presiden bahwa perang harus segera diakhiri dan perdamaian harus diwujudkan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah persatuan di dunia, negara-negara dunia semua harus mendorong perdamaian di Gaza, perdamaian untuk bangsa Palestina, termasuk juga persatuan di antara negara-negara Muslim,” jelasnya.
Hal selanjutnya yang dibahas adalah penguatan dialog antariman. Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk dan toleransi adalah “DNA” Indonesia.
“Bapak Presiden menjelaskan mengenai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Dari dekat Indonesia terus mengikuti peran dan reputasi Al Azhar dalam mendorong toleransi dan moderasi. Bapak Presiden menekankan pentingnya upaya bersama untuk meningkatkan nilai toleransi dan perdamaian melalui dialog lintas agama guna mencegah tumbuh suburnya ekstremisme dan Islamofobia,” papar Menlu Retno.
Selain Menlu Retno Marsudi, beberapa pejabat negara yang mendampingi Presiden Jokowi dalam pertemuan tersebut adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama K.H. Yahya Cholil Staquf, Ketua PP Muhammadiyah K.H. Saad Ibrahim, dan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia K.H. Marsudi Syuhud.
Laporan: Redaksi