Banner

Menlu RI dorong reformasi sistem multilateral yang berpihak pada negara berkembang

Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi untuk Masa Depan (Summit of the Future) di Markas Besar PBB New York, 22-23 September 2024. (Kementerian Luar Negeri RI)

Summit of the Future diawali dengan Action Days pada 20-21 September 2024 yang dihadiri oleh perwakilan parlemen, pemerintah daerah, masyarakat sipil, dan pemuda, sektor swasta.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Marsudi menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi untuk Masa Depan (Summit of the Future) yang diselenggarakan di Markas Besar PBB New York, 22-23 September 2024.

Konferensi Tingkat Tinggi dengan tema ‘Solusi Multilateral untuk Masa Depan yang Lebih Baik’ tersebut diselenggarakan guna menggalang konsensus global dalam memperkuat multilateralisme dalam upaya mengatasi tantangan global saat ini dan mendatang, ungkap Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataan tertulisnya yang dikutip Indonesia Window Rabu.

Dalam pidatonya, Menlu Retno menyoroti pentingnya paradigma kolaborasi untuk menghadapi tantangan besar yang dihadapi dunia saat ini, termasuk rivalitas geopolitik, pemulihan ekonomi yang suram, serta krisis iklim dan energi.

Dalam kesempatan tersebut, Menlu menyampaikan tiga pesan utama, yaitu, pertama, mewujudkan perdamaian yang abadi, serta menciptakan keadilan, stabilitas dan Pembangunan.

“Perdamaian hanya dapat terwujud jika hukum internasional ditegakkan secara konsisten tanpa standar ganda,” tegasnya, seraya menyerukan penghentian segera atas genosida yang dilakukan Israel di Palestina serta menegaskan pentingnya solusi dua negara untuk Palestina.

Kedua adalah memastikan jaminan terhadap hak atas pembangunan, katanya, seraya menyerukan upaya bersama untuk mempercapat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, dan diskriminasi perdagangan serta jebakan hutang negara-negara berkembang atau Global South harus dihentikan.

“Kesenjangan harus dijembatani sehingga tidak ada satu negarapun yang tertinggal,” ujar Menlu.

Ketiga adalah mewujudkan tatanan dunia yang inklusif, katanya, seraya menjelaskan, tata kelola global yang lebih adaptif, responsif dan efektif harus diwujudkan, antara lain melalui reformasi Dewan Keamanan PBB, arsitektur finansial global dan sistem perdagangan multilateral.

“Reformasi sistem multilateral ini harus memperhatikan suara dan kepentingan negara-negara berkembang” tegas Menlu.

Selain sesi pleno, Menlu juga berpartisipasi pada sesi dialog interaktif dan kembali menekankan urgensi reformasi sistem multilateral serta pentingnya keterwakilan negara-negara berkembang dalam tata kelola global.

“Kita harus bahu membahu untuk mewujudkan perdamaian, kemakmuran dan keadilan untuk generasi mendatang,” pungkas Retno.

Summit of the Future yang menghasilkan tiga dokumen yaitu Pact of the Future, Global Digital Compact dan Declaration on Future Generations tersebut memuat komitmen global untuk mereformasi sistem multilateral, memperkuat kerja sama di sektor digital serta kolaborasi bagi generasi masa depan.

Rangkaian pertemuan Summit of the Future diawali dengan Action Days pada 20-21 September 2024 yang dihadiri oleh perwakilan parlemen, pemerintah daerah, masyarakat sipil, dan pemuda, sektor swasta. ​

Laporan: Rredaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan