Studi tentang paus terdampar diluncurkan setelah 2 kasus massal di Selandia Baru

Foto yang diabadikan pada 10 Oktober 2021 ini menunjukkan seekor paus di dekat Kaikoura, Selandia Baru. (Xinhua/Guo Lei)

Paus terdampar di Kepulauan Chatham Selandia Baru pada Ahad (9/10) dan Selasa (11/10), melibatkan masing-masing 250 dan 215 ekor paus, dengan banyak di antaranya telah mati.

 

Wellington, Selandia Baru (Xinhua) – Sebuah survei yang diluncurkan oleh sejumlah pakar internasional berupaya membantu para peneliti mengembangkan pedoman untuk menilai kesejahteraan paus dan lumba-lumba yang terdampar menyusul dua kasus paus pilot terdampar massal di Kepulauan Chatham, Selandia Baru, pekan ini.

Para peneliti di Universitas Massey mengatakan bahwa kesejahteraan hewan-hewan ini berkaitan erat dengan kelangsungan hidup mereka, jadi pedoman semacam itu diperlukan untuk membantu pengambilan keputusan yang sulit tentang apakah mamalia laut ini harus dikembalikan ke perairan, direhabilitasi, menjalani prosedur eutanasia, atau menjalani perawatan paliatif, menurut penelitian yang diterbitkan pada Rabu (12/10).

Indikator kesejahteraan potensialnya meliputi kondisi tubuh dan kulit, tanda-tanda trauma fisik dan tingkat pernapasan, yang dapat dinilai dari jarak jauh melalui video ketika para pakar tidak dapat hadir langsung di lokasi satwa tersebut terdampar, kata para peneliti.

Paus terdampar
Foto yang diabadikan pada 10 Oktober 2021 ini menunjukkan seekor paus di dekat Kaikoura, Selandia Baru. (Xinhua/Guo Lei)

Akibat perubahan iklim dan gangguan manusia, peristiwa terdamparnya satwa dari ordo cetacea ini diprediksi akan meningkat secara global.

Kepulauan Chatham di Selandia Baru melaporkan dua kasus paus pilot terdampar massal pada Ahad (9/10) dan Selasa (11/10), menurut Project Jonah New Zealand, sebuah organisasi untuk perlindungan dan penyelamatan paus dan lumba-lumba.

Kedua insiden tersebut melibatkan masing-masing 250 dan 215 ekor paus, dengan banyak di antaranya telah mati. Merespons hal tersebut, tim Departemen Konservasi (Department of Conservation/DOC) dimobilisasi dari Kepulauan Chatham.

Kepulauan Chatham merupakan lokasi menantang untuk penanggulangan kasus satwa terdampar, yang dikenal dengan hiu putih besar, pantai terpencil, dan populasi penduduk kurang dari 800 jiwa. Sayangnya, faktor-faktor ini membuat DOC terpaksa melakukan prosedur eutanasia terhadap paus-paus terdampar yang dalam kondisi hidup saat ditemukan, menurut Project Jonah New Zealand.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan