Sistem penambangan bawah tanah diprediksi akan semakin banyak diterapkan di masa mendatang mengingat semakin sedikitnya cadangan mineral dan batu bara di dekat permukaan.
Jakarta (Indonesia Window) – Sistem penambangan bawah tanah diprediksi akan semakin banyak diterapkan di masa mendatang mengingat semakin sedikitnya cadangan mineral dan batu bara di dekat permukaan.
Meski berbiaya lebih tinggi dalam hal operasional, penambangan bawah tanah memiliki risiko kerusakan lebih kecil dibandingkan dengan sistem tambang permukaan, kata staf khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Bidang Tata Kelola Minerba Kementerian ESDM Irwandy Arif baru-baru ini, dikutip dari laman situs jejaring kementerian di Jakarta, Senin.
Biaya operasi tambang bawah tanah kira-kira dua kali lebih tinggi dibandingkan tambang bawah permukaan karena ada tambahan biaya untuk ventilasi, penyanggaan, dan lainnya. Sementara itu, modal tambang bawah tanah kira-kira 3-4 kali lebih mahal dibandingkan tambang terbuka.
“Biaya penambangan bawah tanah memang lebih besar dari tambang terbuka, tapi dengan adanya disruption technologies beberapa biaya bisa dipangkas,” lanjut Irwandy.
Menurutnya, peluang dan masa depan tambang bawah tanah di Indonesia akan semakin meningkat sejumlah faktor, salah satunya adalah semakin berkurangnya deposit (cebakan) berkadar tinggi pada atau dekat permukaan untuk ditambang. Bertambahnya kedalaman deposit akan semakin menyulitkan operasi penambangan dengan sistem tambang terbuka karena terbatas oleh stripping ratio.
Pengetatan dan pembatasan penambangan karena masalah lingkungan, serta berkurangnya mobilitas peralatan mekanik pada tambang terbuka juga menjadi peluang besar bagi penerapan sistem tambang bawah tanah, tambah Irwandy.
Potensi tambang batu bara bawah tanah di Indonesia masih sangat besar, misalnya di Barito & Asam-Asam Basins dengan 6 Block yang memiliki total potensi 530.711 MTon; di Kutai dan Tarakan Basins dengan 13 Block memiliki potensi 12,344.515 MTon; dan di South Sumatera Basins dengan 20 Block yang ada terdapat potensi total 20,658.330 MTon batu bara.
Saat ini, selain PT. Sumber Daya Energi (SDE) yang baru saja meresmikan produksi pertama tambang bawah tanah, terdapat 15 perusahaan tambang batu bara bawah tanah lainnya di Indonesia, antara lain, CV Air Mata Emas dan PT Nusa Alam Lestari di Sumatera Barat, PT Merge Mining Industri Kalimantan Selatan, PT Kusuma Raya Utama di Bengkulu, PT Gerbang Daya Mandiri Kalimantan Timur, PT Sumber Daya Energi, PT Vipronity Power Energy, serta PT Sugico Pendragon Energi dan PT Indonesia Multi Energi di Kalimantan Selatan.
Laporan: Redaksi