Teknologi AI transformasikan peternakan unggas di desa pegunungan di China

Sebuah peternakan ayam yang dilengkapi dengan kamera terlihat di Desa Tiantaishan di Kota Chishui, Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 25 April 2024. (Xinhua/Cheng Yihui)

Sistem pembiakan pintar berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang diaplikasikan di peternakan membantu upaya mitigasi wabah penyakit, menjaga ayam tetap aman dari serangan hewan liar, dan meningkatkan jumlah ayam yang akhirnya dibawa ke tempat pemotongan hewan hingga sekitar 30 persen.

 

Guiyang, China (Xinhua) – Para konsumen ayam Silkie Chishui tak lama lagi akan dapat memantau bagaimana ‘ayam asuh’ mereka, atau ayam yang pada akhirnya akan mereka konsumsi, diberi makan dan dibesarkan di peternakan yang jauh dari lokasi mereka melalui ponsel, menandai kemajuan luar biasa di sektor teknologi China.

Xu Qiyong, pemilik peternakan ayam di Desa Tiantaishan, Kota Chishui, Provinsi Guizhou, China barat daya, telah merancang sebuah aplikasi baru yang didasarkan pada sistem pembiakan pintar berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

Teknologi tersebut, yang dikembangkan oleh Tencent Cloud dan para mahasiswa Tencent Class of Shenzhen University, sebuah program yang diluncurkan oleh Universitas Shenzhen dan raksasa teknologi Tencent, telah dipasang di pertanian Xu, yang mencakup 256 kandang yang tersebar di lereng bukit yang dikelilingi bambu seluas sekitar 66,67 hektare.

Sistem pembiakan pintar berbasis
Pemilik peternakan ayam Xu Qiyong dan mahasiswa dari program Tencent Class of Shenzhen University mengamati ayam Silkie berbulu hitam dan bertulang hitam di Desa Tiantaishan, Kota Chishui, Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 27 Januari 2024. (Xinhua/Cheng Yihui)

Mengurus kawanan ayam yang bebas berkeliaran di peternakan yang begitu luas menjadi tantangan tersendiri bagi para peternak, dengan predator seperti anjing liar yang menjadi ancaman dan infeksi yang terkadang berpotensi menimbulkan wabah besar sebelum terdeteksi.

Sistem berbasis AI telah mengubah peternakan unggas tersebut dalam hal mitigasi wabah penyakit, menjaga ayam tetap aman dari serangan hewan liar, dan meningkatkan jumlah ayam yang akhirnya dibawa ke tempat pemotongan hewan hingga sekitar 30 persen.

Di peternakan Xu, setiap ayam memiliki cip pada kakinya yang berfungsi sebagai pedometer, mendeteksi tanda-tanda awal penyakit dengan mengidentifikasi ayam yang tidak aktif.

Peternakan ayam itu juga dilengkapi dengan sensor pengawas yang terus memantau gangguan anjing liar atau pembobolan pagar secara waktu nyata (real time), jelas Xu, seraya menambahkan bahwa dirinya berencana meluncurkan aplikasi ‘ayam asuh’ pada Juli.

Sistem pembiakan pintar berbasis
Mahasiswa dari program Tencent Class of Shenzhen University memasang sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di sebuah peternakan ayam di Desa Tiantaishan, Kota Chishui, Provinsi Guizhou, China barat daya, pada 27 Juni 2023. (Xinhua/Cheng Yihui)

Chishui memiliki sejarah panjang dalam membiakkan ayam Silkie berbulu hitam dan bertulang hitam, yang sangat diminati karena daging dan telurnya yang kaya asam amino dan semakin banyak dicari oleh konsumen yang peduli kesehatan.

Xu, yang merupakan seorang tenaga profesional berpengalaman di bidang media, berhenti dari pekerjaannya pada akhir 2022 dan menyewa peternakan ayam untuk memulai bisnisnya sendiri. Keyakinannya pada industri tersebut diperkuat oleh fakta bahwa Chishui, kota yang memiliki 66.000 hektare hutan bambu, berkomitmen untuk mengembangkan ekonomi berbasis hutan nonkayu.

Xu menghubungi Tencent untuk menjalin kerja sama potensial setelah mendengar tentang pembiakan angsa dengan AI yang dilakukan oleh tim yang sama di Shenzhen, hingga menghasilkan kesepakatan kemitraan yang sukses.

Sejak menerapkan teknologi AI di peternakannya tahun lalu, Xu telah menjual sekitar 100.000 ekor ayam Silkie dan 300.000 butir telur.

Proyek pembiakan ayam Silkie yang didukung AI itu bahkan berhasil menarik perhatian dari luar China. Tim pengembang tersebut menerima pertanyaan dari sejumlah lembaga penelitian di Pakistan dan peternak di Australia, menurut Feng Yuhong dari Sekolah Tinggi Ilmu Komputer dan Rekayasa Perangkat Lunak di Universitas Shenzhen.

Saat ini, Tencent Cloud dan mahasiswa dari program Tencent Class of Shenzhen University, yang bekerja sama dengan Universitas Guizhou serta sejumlah institusi lainnya, sedang mengembangkan model bahasa skala besar untuk pembiakan unggas, termasuk basis data pertanyaan dan jawaban berdasarkan model bahasa skala besar itu yang dapat membantu para peternak dalam menghadapi berbagai tantangan.

Feng mengatakan bahwa tim itu juga berencana memberlakukan standar industri untuk pembiakan unggas digital dan pintar berdasarkan model bahasa skala besar yang dapat membantu memperluas jangkauan pasar ke lebih banyak jenis unggas seperti ayam Silkie di Chishui.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan