Banner

Sekjen PBB desak Israel dan Hamas lakukan gencatan senjata, tunjukkan keberanian politik di tengah krisis

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres berbicara kepada awak media di luar Ruang Dewan Keamanan PBB di markas besar PBB di New York pada 7 Mei 2024. (Xinhua/Xie E)

Serangan terhadap Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan saat ini kewalahan menampung para pengungsi Palestina, akan menjadi kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan.

 

PBB (Xinhua) – Seiring ketegangan yang terus meningkat di Gaza, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres pada Selasa (7/5) kembali menyerukan kepada Israel dan Hamas agar menunjukkan “keberanian politik” dan berupaya mencapai gencatan senjata.

Berbicara kepada para reporter di markas besar PBB di New York, Guterres menyoroti situasi kritis di Jalur Gaza, terutama di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir dan saat ini kewalahan menampung para pengungsi Palestina.

Guterres mengungkapkan kekhawatirannya perihal situasi kemanusiaan tersebut, sembari mengatakan bahwa bantuan esensial dan pasokan bahan bakar hampir habis. “Penutupan perlintasan Rafah dan Karem Shalom sangat memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah sangat memprihatinkan. Kedua perlintasan itu harus segera dibuka kembali,” imbuhnya.

Dengan lebih dari 1.100 warga Israel dan 34.000 warga Palestina yang dilaporkan tewas akibat konflik terbaru ini, Guterres menekankan begitu besarnya dampak yang ditimbulkan dari kekerasan yang sedang berlangsung tersebut. “Belum cukupkah kita melihatnya?” pinta Guterres, sembari menekankan pentingnya kedua pihak untuk melakukan diplomasi alih-alih melanjutkan eskalasi.

Banner
Serangan terhadap Rafah
Orang-orang memeriksa bangunan yang hancur pascaserangan udara Israel di Kota Rafah, Jalur Gaza selatan, pada 7 Mei 2024. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Sekjen PBB itu menggarisbawahi konsekuensi dahsyat dari pertempuran yang terus berlanjut, terutama segala potensi serangan skala penuh terhadap Rafah yang dia paparkan sebagai “bencana kemanusiaan” yang segera akan muncul. Guterres memperingatkan, “Lebih banyak lagi korban sipil yang tidak terhitung jumlahnya. Lebih banyak lagi keluarga yang terpaksa kembali mengungsi, tanpa ada tempat aman untuk dituju. Karena tidak ada tempat yang aman di Gaza.”

Pernyataan Guterres itu mencerminkan kekhawatiran mendalam perihal dampak konflik tersebut, tidak hanya di Gaza, tetapi juga Timur Tengah yang lebih luas. “Bahkan sahabat-sahabat akrab Israel telah menyatakannya dengan jelas: Serangan terhadap Rafah akan menjadi kesalahan strategis, bencana politik, dan mimpi buruk kemanusiaan,” tuturnya, seraya menyerukan kepada mereka yang memiliki pengaruh terhadap Israel agar membantu mencegah timbulnya tragedi lebih lanjut.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan