Serangan Israel di Gaza menghantam rumah-rumah dan gedung apartemen, dengan empat gedung hunian berukuran besar di Gaza City hancur.
PBB (Xinhua) – Lebih dari 123.000 orang menjadi pengungsi internal di Gaza akibat serangan Israel yang sedang berlangsung, kata Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Senin (9/10).
Serangan udara dan bombardir Israel menghantam rumah-rumah dan gedung apartemen, dengan empat gedung hunian berukuran besar di Gaza City hancur. Enam petugas layanan kesehatan tewas dan empat lainnya terluka, dengan tujuh fasilitas kesehatan dan sembilan ambulans rusak, kata kantor tersebut.
Kerusakan fasilitas air, sanitasi dan kebersihan telah mengganggu layanan bagi lebih dari 400.000 penduduk di Gaza. Pembangkit Listrik Gaza saat ini menjadi satu-satunya sumber listrik dan berpotensi kehabisan bahan bakar dalam beberapa hari, seperti diperingatkannya.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East/UNRWA) memperkirakan lebih dari separuh pengungsi berlindung di puluhan sekolah. UNRWA telah menunjuk tempat penampungan darurat untuk menampung para pengungsi dan memberikan bantuan yang krusial, kata kantor tersebut.
Bantuan tunai juga sangat dibutuhkan bagi para pengungsi maupun masyarakat yang menampung mereka di Gaza. Mitra-mitra kemanusiaan berupaya menyediakan dignity kit dan dukungan psikososial bagi keluarga yang terkena dampak, imbuhnya.
Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) telah mulai mendistribusikan makanan berupa roti dan makanan kaleng kepada 100.000 pengungsi internal di Gaza, yang mencari perlindungan di lokasi penampungan UNRWA, kata Stephane Dujarric, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Dalam beberapa hari ke depan, WFP berencana mulai memberikan bantuan kepada 800.000 orang dalam bentuk makanan dan uang tunai seiring dengan perkembangan situasi, jika dana yang diperlukan tersedia. WFP membutuhkan 16,8 juta dolar AS untuk menjangkau 805.000 orang pada bulan depan, katanya dalam taklimat media harian.
Bantuan tersebut berasal dari perbekalan yang telah disiapkan sebelumnya, yang sangat terbatas. Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, badan dunia itu akan kehabisan pasokan kecuali ada suplai yang lebih banyak, seperti diperingatkan juru bicara tersebut.
Guterres pada Senin mengatakan sangat prihatin dengan pengumuman Israel bahwa mereka akan memulai pengepungan total terhadap Jalur Gaza, tanpa ada apa pun yang diizinkan masuk, tidak ada listrik, makanan, atau bahan bakar.
Situasi kemanusiaan di Gaza sangat mengerikan bahkan sebelum kekerasan meningkat secara tiba-tiba pada akhir pekan lalu. Saat ini kondisinya hanya akan semakin memburuk secara eksponensial, tegasnya dalam sebuah konferensi pers.
Peralatan medis, makanan, bahan bakar, dan pasokan kemanusiaan lainnya sangat dibutuhkan, begitu pula akses terhadap personel kemanusiaan. Bantuan dan masuknya pasokan penting ke Gaza harus difasilitasi, katanya. “Saya mendesak semua pihak dan pihak-pihak terkait agar memberikan akses kepada PBB untuk memberikan bantuan kemanusiaan mendesak kepada warga sipil Palestina yang terjebak dan tidak berdaya di Jalur Gaza. Saya mengimbau masyarakat internasional untuk segera memobilisasi dukungan kemanusiaan untuk upaya ini.”
Sebuah sekolah UNRWA yang menampung keluarga pengungsi menjadi target serangan langsung pada akhir pekan. Sekolah tersebut rusak parah dan menampung sekitar 225 orang, meskipun tidak ada korban jiwa di antara para pengungsi, kata Dujarric.
Semua sekolah UNRWA di Jalur Gaza ditutup. Lebih dari 300.000 siswa terkena dampaknya, katanya.
Dujarric menuturkan UNRWA memiliki 13.000 staf di Gaza, yang sebagian besar dari mereka adalah staf nasional.
Staf UNRWA tidak dapat meninggalkan Gaza. Mereka fokus untuk mencoba melakukan apa pun yang dapat mereka upayakan untuk membantu masyarakat sesuai mandat mereka, kata juru bicara tersebut.
*1 dolar AS = 15.675 rupiah
Laporan: Redaksi