Sektor pariwisata Prancis menyambut hampir 90 juta wisatawan internasional pada 2019, yang menjadikannya sebagai tujuan wisata teratas di dunia dalam hal kedatangan wisatawan.
Paris, Prancis (Xinhua) – Sektor pariwisata Prancis menyambut baik pelonggaran pembatasan perjalanan lintas perbatasan yang diterapkan China baru-baru ini, memicu ekspektasi akan kembalinya jumlah wisatawan seperti sebelum pandemik COVID-19.
Pada 2019, Prancis menyambut hampir 90 juta wisatawan internasional, yang menjadikannya sebagai tujuan wisata teratas di dunia dalam hal kedatangan wisatawan. Pada tahun yang sama, lebih dari 50 juta wisatawan mengunjungi wilayah Paris, dan wisatawan China menjadi kelompok wisatawan terbesar kedua. Mereka menghasilkan lebih dari satu miliar euro dalam pendapatan pariwisata, kata Komite Pariwisata Regional Ile-de-France Paris.
Konektivitas udara antara Prancis dan China secara bertahap meningkat sejak China memutuskan untuk mengoptimalkan respons COVID-19. Air France kini mengoperasikan dua penerbangan per pekan ke Shanghai dan satu ke Beijing. Tiga penerbangan langsung pekanan ke Hong Kong telah beroperasi sejak 9 Januari, dan satu penerbangan pekanan ke Shanghai akan ditambahkan pada Februari. Kapasitas pengangkutan penumpang diperkirakan akan ditingkatkan pada musim panas mendatang, menurut Kedutaan Besar Prancis di China.
“Wisatawan China sebagian besar disambut oleh operator yang memiliki spesialisasi pelayanan pelanggan China atau Asia. Tentu saja, karena absennya wisatawan China, para operator tersebut mengalami apnea selama tiga tahun, yang sangat lama dan sangat sulit,” kata Jean-Pierre Mas, presiden Les Entreprises du Voyage, sebuah asosiasi yang menghimpun 1.674 perusahaan anggota yang mewakili 85 persen dari total pasar biro perjalanan di Prancis.
“Mereka (para operator itu) mendapatkan tunjangan dari dukungan negara, tetapi dukungan itu sekarang sudah tidak ada lagi, dan oleh karenanya, mereka mengandalkan kembalinya wisatawan China,” jelas Jean-Pierre Mas.
Selama tiga tahun terakhir, Li Xiaotong, pengelola Mandarin Voyages, sebuah operator pariwisata Prancis-China yang berbasis di Paris, memfokuskan kembali bisnisnya pada tur kota dan konten daring untuk warga China yang tinggal di luar negeri.
Bagi Li, kembalinya wisatawan China sudah terlihat, tetapi untuk saat ini, pemulihan ini terutama menyangkut warga China yang tinggal di negara lain, delegasi bisnis, atau reuni keluarga.
Menurut Caroline Paul, pendiri Talents Travel sekaligus spesialis strategi konsultasi yang mengkhususkan diri dalam pemasaran pariwisata untuk pasar China, dunia perjalanan sekarang sedang mengalami apa yang disebut sebagai “perjalanan balas dendam”, yang berarti bahwa karena tidak dapat melakukan perjalanan selama beberapa waktu, orang-orang kini merasa perlu melakukan perjalanan dengan segala cara agar tidak lagi terkekang.
“Sama halnya dengan wisatawan China,” tuturnya, seraya menambahkan bahwa “kembalinya wisatawan China akan sangat signifikan.”
Para pencinta seni China juga ditunggu-tunggu di museum-museum Paris. Sebelum pandemik, Museum Louvre menjadi tujuan favorit wisatawan China di Paris. Wisatawan China mewakili 8,2 persen dari total pengunjung museum tersebut pada 2019.
Sebelum pandemik, lebih dari dua juta wisatawan China mengunjungi Prancis setiap tahunnya. “Jika tahun ini kita kedatangan satu juta wisatawan China, itu akan menjadi hasil yang sudah sangat, sangat bagus,” kata Jean-Pierre Mas.
Namun, bagi Caroline Paul, akan ada “sebelum” dan “sesudah” COVID-19 dalam hal cara wisatawan China bepergian. “Mereka akan mulai melakukan perjalanan lagi. Perjalanan mereka akan lebih lama. Mereka akan tinggal lebih lama. Perjalanan tersebut akan menjadi perjalanan yang jauh lebih individual, jauh lebih mewah,” tuturnya.
Menurut Caroline Paul, para profesional pariwisata Prancis akan perlu beradaptasi dengan cara-cara baru wisatawan China dalam melakukan perjalanan.
Laporan: Redaksi