Sanad dalam menghafal Al Qur’an sangat penting karena sanad bagian dari agama Islam dan itu kekhususan dari Umat Islam, yang juga menunjukkan kualitas atau kredibilitas tertinggi dari cabang ilmu Al Qur’an.
Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar (MJA) yang berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini telah meluluskan 22 santri setingkat sekolah menengah atas, yang telah berhasil menyelesaikan proses belajar dan menghafal Al Qur’an selama tiga tahun.
“Sebagian besar santri telah menyelesaikan menghafalkan Al Qur’an secara keseluruhan 30 juz, dan sebagian yang lain belum,” ujar mudir (kepala sekolah) Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar, Ustadz Dhiahulhaq, usai upacara Wisuda Pelepasan Santri Angkatan ke-4 dan Pemberian Sanad Al-Qur’an Pondok Tahfizh Miftahul Jannah Akbar, di Cisarua, Jawa Barat, Ahad (14/7).
Di antara 22 santri penghafal Al Qur’an tersebut, lanjutnya, ada satu orang lulusan yang berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz dengan meraih ‘sanad’.
“Sanad dalam Al Qur’an adalah silsilah atau jalur riwayat bacaan Al Qur’an yang bersambung riwayat tersebut sampai Rasulullah (ﷺ),” tutur Ust Dhiahulhaq, seraya menekankan bahwa sanad dalam tahfizhul Qur’an (menghafal Al Qur’an) sangat penting karena sanad bagian dari agama kita dan itu kekhususan dari Umat Islam.
“Sanad juga menunjukkan kualitas atau kredibilitas tertinggi dari cabang ilmu Al Qur’an dalam Islam. Pemberian sanad Al Qur’an adalah pemberian ijazah bacaan hafalan Al Qur’an yang mutqin atau terbaik dengan jalur periwayatan dari murid ke gurunya, hingga bersambung periwayatan tersebut ke Rasulullah (ﷺ),” imbuhnya.
Menurut Ust. Dhiahulhaq, proses belajar dan menghafalkan Al Qur’an membutuhkan perjuangan dan dedikasi yang luar biasa.
“Hafalan Al-Qur’an adalah amanah dari Allah ﷻ, sehingga harus terus dijaga dan dirawat dengan baik. Hafalan ini harus terus diulang dan diperdalam agar Al-Qur’an senantiasa hidup dalam hati dan amalan kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Lebih lanjut dia menegaskan bahwa “para penghafal Al-Qur’an merupakan keluarga Allah ﷻ di muka bumi, sehingga mereka menjadi cahaya di tengah masyarakat, dengan tanggung jawab yang besar.”
Dia berharap agar para penghafal Al Qur’an lulusan pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar menjadi “pembela kebenaran dan kemurnian agama Allah”.
“Jika ada yang jadi pengusaha, maka jadikanlah usaha tersebut sebagai ladang yang bermanfaat untuk orang banyak, pembela perjuangan di jalan Sang Pencipta. Jika ada yang jadi guru atau dosen besar, maka jadilah guru atau dosen yang mencerahkan para murid dan pencetak para ilmuwan perjuang agama Allah ﷻ. Jika ada yang jadi pejabat atau pemimpin, maka jadikanlah setiap goresan tinta kebijakan untuk hal yang bermanfaat dan diridhoi oleh Allah ta’ala dan bisa mengantarkan kepada surga Allah ta’ala,” ucapnya.
Sang mudir juga mengingatkan para penghafal Al Qur’an agar terus berbakti kepada orangtua dan tak lupa akan jasa dan pengorbanan para guru.
Meskipun tujuan dan kegiatan utama dari pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar adalah ilmu dan menghafal Al Qur’an, beberapa lulusan angkatan keempat tersebut akan melanjutkan pendidikan tinggi dengan mengambil jurusan selain agama.
“Ada yang akan melanjutkan kuliah langsung. Di antara mereka ada yang diterima di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, UIN Makassar, dan ada satu alumni yang sedang berupaya masuk Universitas Oxford di Inggris. In syaa Allah,” ujar Ust. Dhiahulhaq.
Selain itu, tambahnya, sebagian besar alumnus akan masuk fase selanjutnya, yakni pengabdian selama satu tahun di almamater mereka, atau di pondok tahfizh mitra Miftahul Jannah Akbar.
Laporan: Redaksi