Banner

Sebuah penelitian identifikasi sembilan spesies salamander China yang terancam kritis

Salamander raksasa China dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1,8 meter. Kulitnya yang kendur dan longgar membantu mereka menyerap oksigen dari air, sementara sensor-sensor yang sangat kecil di seluruh tubuh mereka mendeteksi getaran dari cacing, krustasea, ikan kecil, dan katak, sehingga mengimbangi penglihatan mereka yang buruk. (Xinhua)

Salamander raksasa China dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1,8 meter. Kulitnya yang kendur dan longgar membantu mereka menyerap oksigen dari air, sementara sensor-sensor yang sangat kecil di seluruh tubuh mereka mendeteksi getaran dari cacing, krustasea, ikan kecil, dan katak, sehingga mengimbangi penglihatan mereka yang buruk.

 

London, Inggris (Xinhua/Indonesia Window) – Penelitian mutakhir terbaru mengonfirmasi bahwa terdapat sembilan spesies berbeda dari salamander raksasa China yang terancam kritis (critically endangered).

Dipublikasikan belum lama ini di dalam Evolutionary Journal of the Linnean Society, penelitian yang dipimpin oleh badan amal konservasi yang mengelola Kebun Binatang London tersebut mengungkap wawasan baru mengenai hewan purba itu.

Melalui kerja sama dengan mitra-mitranya di China, tim dari Zoological Society of London (ZSL), sebuah badan amal konservasi internasional yang dilandaskan pada ilmu pengetahuan, menggunakan data genetik untuk mempelajari amfibi terbesar di dunia tersebut, yang dulunya dianggap sebagai spesies tunggal yang ditemukan di China bagian tengah dan selatan.

Salamander raksasa China dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1,8 meter. Kulitnya yang kendur dan longgar membantu mereka menyerap oksigen dari air, sementara sensor-sensor yang sangat kecil di seluruh tubuh mereka mendeteksi getaran dari cacing, krustasea, ikan kecil, dan katak, sehingga mengimbangi penglihatan mereka yang buruk.

“Salamander raksasa China kemungkinan besar mengalami kepunahan di alam liar, dan sangat penting untuk berupaya secara kolaboratif guna mencegah kepunahan dari nasib hewan-hewan purba tersebut,” kata Benjamin Tapley, kurator reptil dan amfibi di Kebun Binatang London sekaligus salah satu penulis dalam makalah penelitian ini, kepada Xinhua.

“Umumnya, para ahli biologi dan konservasionis mengira hanya ada satu spesies salamander raksasa China yang ditemukan di China barat daya, selatan dan tengah, serta timur,” tuturnya.

Namun, lanjutnya, selama 20 tahun terakhir, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara populasi-populasi yang hidup di daerah aliran sungai yang berbeda-beda, yang jelas berimplikasi pada konservasi masing-masing garis keturunan hewan tersebut.

“Dan penelitian terbaru yang kami lakukan bersama mitra-mitra di China dan Inggris, kami telah menunjukkan bahwa setidaknya ada tujuh, dan kemungkinan ada sembilan, spesies salamander raksasa China yang berbeda saat ini yang telah dideskripsikan oleh para ilmuwan. Namun jelas, masih ada spesies-spesies lainnya yang harus dideskripsikan lebih lanjut oleh ilmu pengetahuan,” terang Tapley.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan