Banner

Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze China catat pertumbuhan ekonomi-ekologi

Yangtze atau Yangzi adalah sungai terpanjang di Asia, terpanjang ketiga di dunia dan terpanjang di dunia yang mengalir seluruhnya dalam satu negara, sejauh 6.300 kilometer ke arah timur ke Laut Cina Timur. (Willem Chan on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Enam tahun setelah China menjadikan pengembangan Sabuk Ekonomi Sungai Yangtze sebagai strategi nasional, negara ini telah mengambil berbagai langkah besar dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan di kawasan tersebut.

Produk Domestik Bruto (PDB) wilayah itu, yang mencakup sembilan provinsi dan dua kota, mencapai 38,26 triliun yuan (1 yuan = 2.256 rupiah) pada tiga kuartal pertama 2021, atau naik 10,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Total 90,6 persen air di kawasan itu memenuhi standar tingkat tiga atau lebih tinggi dalam tiga kuartal pertama 2021, naik 1,8 poin persentase dari tahun sebelumnya dan 23,6 poin persentase dibandingkan 2016, menurut data resmi.

China mengklasifikasikan kualitas air ke dalam enam tingkat, dari tingkat satu, yang layak untuk diminum setelah pengolahan minimal, hingga tingkat enam, yang sangat tercemar.

Hasil tersebut sejalan dengan berbagai upaya konservasi ekologis yang dilakukan China selama bertahun-tahun yang bertujuan untuk melindungi “sungai induknya”.

Pada 2021, China menanam 17,87 juta mu (sekitar 1,19 juta hektare) pohon di sepanjang sabuk ekonomi tersebut, dan mengatasi 3,92 juta mu (sekitar 261.000 hektare) gurun berbatu dan 5,75 juta mu (383.000 hektare) erosi air dan tanah di daerah tersebut.

Pascapenerapan larangan penangkapan ikan selama 10 tahun di sejumlah perairan penting, hampir 500 ekor lumba-lumba Yangtze tanpa sirip terdeteksi sepanjang 2021 di Danau Poyang, danau air tawar terbesar di negara itu yang terhubung dengan Sungai Yangtze. Spesies yang terancam punah tersebut, dikenal sebagai ‘panda raksasa air’, adalah barometer lingkungan ekologis di lembah Sungai Yangtze.

Berbagai praktik yang dilakukan China menunjukkan bahwa pembangunan dan perlindungan lingkungan saling melengkapi.

Selama enam tahun terakhir, China merelokasi, mengubah, atau menangguhkan lebih dari 9.600 perusahaan kimia di sepanjang sabuk ekonomi itu.

Yichang, sebuah kota yang terletak di sepanjang Sungai Yangtze di Provinsi Hubei, China tengah, memiliki banyak tambang fosfor dan industri kimia fosfor. Di satu sisi, industri tersebut membawa banyak keuntungan bagi penduduk setempat, tetapi di sisi lain industri itu juga menciptakan polusi sungai.

Dalam upaya untuk mengubah keuntungan ekologi menjadi keuntungan ekonomi sekaligus melindungi lingkungan, hingga akhir Oktober tahun lalu, kota itu telah merelokasi atau mengubah 124 perusahaan kimia. Laba dan penerimaan pajak industri kimianya sama-sama mencatat pertumbuhan sebesar 10 persen selama dua tahun berturut-turut.

Setelah peluncuran proyek baterai energi baru pada akhir 2021, Yichang menemukan jalannya menuju sektor energi baru, kata Wakil Wali Kota Eksekutif Yichang, Wang Yuancheng, seraya menambahkan bahwa kota itu pada akhirnya akan menyaksikan peningkatan lengkap rantai industrinya.

Sumber: Xinhua

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan