Residu susu berusia 3.000 tahun ditemukan di sebuah situs arkeologi di wilayah Namling, Kota Xigaze, Daerah Otonom Tibet, yang mengindikasikan bahwa susu telah dikonsumsi oleh penduduk setempat ribuan tahun yang lalu.
Lhasa, Tibet (Xinhua) – Para peneliti China berhasil menemukan residu susu berusia lebih dari 3.000 tahun di sebuah situs arkeologi di wilayah Namling, Kota Xigaze, Daerah Otonom Tibet, yang mengindikasikan bahwa susu telah dikonsumsi oleh penduduk setempat ribuan tahun yang lalu.
Penelitian tersebut, yang dilakukan bersama oleh Institut Penelitian Dataran Tinggi Tibet (Institute of Tibetan Plateau Research/ITP) di Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS), Universitas Lanzhou, Institut Konservasi Peninggalan Budaya Daerah Otonom Tibet, dan institut lainnya, diterbitkan dalam jurnal Science Bulletin.
Menurut penelitian tersebut, untuk mengompensasi kehilangan energi dan stres oksidatif, penduduk Tibet mengembangkan tradisi diet unik yang berbeda dari daerah dataran lainnya. Produk-produk daging seperti daging sapi dan kambing adalah makanan yang umum di Dataran Tinggi Tibet, menyediakan protein dan lemak yang melimpah bagi tubuh manusia untuk menjaga metabolisme.
Makanan yang terbuat dari susu sapi dan kambing dapat meredakan pengerasan pembuluh darah yang disebabkan oleh konsumsi daging berlebih dan menambah antioksidan, probiotik, serta berbagai nutrisi, sebut penelitian itu.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada zaman prasejarah, produk-produk susu bisa jadi merupakan makanan sehari-hari komunitas pastoral di Dataran Tinggi Tibet.
“Namun, tidak ada bukti langsung dari produk-produk susu selama masa prasejarah yang ditemukan di daerah elevasi tinggi Dataran Tinggi Tibet, kecuali beberapa petunjuk dari sisa-sisa makanan yang terlihat,” katanya.
Temuan terbaru itu didapat di situs Reruntuhan Gongthang yang terletak 4.000 meter di atas permukaan laut di tepi kiri salah satu anak sungai Yarlung Zangbo.
Hasil penanggalan dari sisa-sisa tanaman menunjukkan bahwa situs itu berusia 3.000 tahun. Para peneliti juga menemukan pecahan tembikar di situs tersebut dan menganalisis enam di antaranya untuk residu lipid.
“Kami menemukan bahwa tiga pecahan tembikar itu memiliki residu susu,” sebut Zhang Yunan, seorang peneliti di ITP.
Melalui analisis teknis, kami juga memastikan bahwa tanggal ketiga pecahan tersebut sesuai dengan situs arkeologinya, membuktikan bahwa tembikar itu memang digunakan oleh penduduk pada masa tersebut, tambah Zhang.
Penelitian menunjukkan bahwa berbeda dengan produk-produk hewani primer seperti daging dan darah yang hanya dapat diekstraksi satu kali seumur hidup dari seekor hewan, produk-produk hewani sekunder didefinisikan sebagai produk yang dapat dieksploitasi tanpa penyembelihan hewan seperti susu dan wol.
Menurut Yang Xiaoyan, seorang profesor di Universitas Lanzhou, catatan waktu dari residu susu di Reruntuhan Gongthang ini bertepatan dengan domestikasi herbivora, pertanian, dan peternakan di situs arkeologi Qugong di Lhasa dan situs Bangga di Shannan.
“Hal ini mungkin menyiratkan bahwa pengembangan susu sebagai produk sekunder terjadi bersamaan dengan pemanfaatan produk hewani primer di Dataran Tinggi Tibet,” katanya.
Laporan: Redaksi