Rentetan serangan udara Israel ke seluruh Lebanon itu memperuncing konflik antara Israel dan Hizbullah hingga mencapai puncak eskalasi baru.
Yerusalem/Beirut, Wilayah Palestina yang diduduki/Lebanon (Xinhua/Indonesia Window) – Israel melancarkan serangan udara terbesarnya ke Lebanon sejak pecahnya konflik Israel-Palestina, menewaskan sedikitnya 356 orang dan melukai lebih dari 1.246 lainnya, demikian diungkapkan Kementerian Kesehatan Lebanon pada Senin (23/9).
Di antara jumlah korban jiwa akibat serangan udara Israel itu, terdapat 24 anak-anak dan 42 perempuan, dengan banyak korban masih belum teridentifikasi, sebut pejabat kesehatan Lebanon.
Rentetan serangan udara Israel ke seluruh Lebanon itu memperuncing konflik antara Israel dan Hizbullah hingga mencapai puncak eskalasi baru. Peningkatan perseteruan terbaru ini terjadi usai ledakan misterius pada pekan lalu yang menargetkan penyeranta (pager) dan walkie-talkie di seluruh Lebanon, hingga menewaskan sejumlah orang dan menimbulkan kegelisahan di seluruh negara itu.
Rangkaian peristiwa yang berlangsung cepat tersebut memperkeruh perseteruan yang telah lama panas ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik regional yang lebih luas.
Herzi Halevi, kepala militer Israel, pada Senin malam waktu setempat mengumumkan bahwa Israel sedang mempersiapkan “tahap selanjutnya” dalam operasi militernya, di mana Pasukan Pertahanan Israel (Israeli Defense Forces/IDF) menargetkan sekitar 1.100 lokasi di Lebanon selatan dan timur.
“Pagi ini, IDF meluncurkan operasi ofensif proaktif,” kata Halevi dalam peninjauan situasional di Pusat Operasi Bawah Tanah Markas Besar IDF di Tel Aviv.
“Kami sedang menargetkan infrastruktur tempur yang dibangun Hizbullah dalam 20 tahun terakhir,” ujar Halevi, seraya menambahkan, “Kami menyerang sejumlah target dan bersiap untuk tahap selanjutnya.”
Pada Senin yang sama, serangan udara Israel di Beirut menargetkan Ali Karki, seorang komandan senior Hizbullah yang disebut-sebut oleh media Israel sebagai “wakil terakhir” pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Di kemudian waktu, pihak Hizbullah mengatakan bahwa Karki “dalam keadaan sehat dan telah pindah ke tempat yang aman.”
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel sedang berupaya mengubah “keseimbangan keamanan” di wilayah utara. Dia juga mengeluarkan peringatan keras kepada Nasrallah dalam sebuah rapat peninjauan keamanan pada Senin tersebut, dengan menyatakan bahwa “semua orang sudah berada dalam sasaran bidik.”
Serangan-serangan Israel itu menyebabkan pengungsian warga dan kehancuran yang meluas di Lebanon. Penduduk mengungsi dari berbagai kota, seperti Tyre, Nabatieh, dan Iqlim al-Tuffah, menuju Beirut dan Gunung Lebanon.
Media Suriah melaporkan adanya pergerakan yang signifikan dari orang-orang yang melarikan diri dari Lebanon ke Suriah di perbatasan Suriah-Lebanon. Komisi Regulasi Penerbangan Sipil Yordania mengumumkan bahwa pihaknya telah menangguhkan penerbangan maskapai Yordania ke Beirut hingga pemberitahuan lebih lanjut, atas dasar pertimbangan meningkatnya ketegangan regional serta perlunya memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan sipil.
Menanggapi serangan Israel, Hizbullah menembakkan lebih dari 180 roket ke arah Israel utara sepanjang Senin, lapor militer Israel. Sistem pertahanan udara Israel berhasil mencegat beberapa proyektil, sementara proyektil lainnya jatuh di wilayah Israel dan menyebabkan kebakaran. Layanan penyelamatan Magen David Adom melaporkan bahwa lima orang terluka akibat pecahan roket.
Hizbullah dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa pihaknya telah mengebom sejumlah target militer di Israel, termasuk markas besar cadangan korps utara pasukan Israel dan kompleks industri militer Rafael di sebelah utara Haifa, “dengan puluhan rudal.”
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengimbau masyarakat agar tetap tenang dalam mengantisipasi potensi eskalasi serangan Hizbullah dalam beberapa hari ke depan. “Ini waktunya bagi masyarakat Israel untuk menunjukkan ketenangan,” ujar Gallant dalam sebuah pernyataan video.
Pada Senin malam waktu setempat, Kementerian Pertahanan Israel juga mengumumkan situasi keamanan “khusus” di seluruh negara itu, di tengah kekhawatiran bahwa Hizbullah akan memperluas jangkauan serangan balasannya.
Serangan Israel tersebut menuai kecaman dari masyarakat regional maupun internasional.
Dalam sebuah rapat kabinet, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengecam serangan Israel, menggambarkannya sebagai “perang pemusnahan.” Dia meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan masyarakat internasional untuk “berdiri dan mencegah agresi.”
Kementerian Luar Negeri Palestina juga mengecam serangan-serangan Israel itu, dengan menggambarkannya sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional” dan ancaman bagi stabilitas regional yang didorong oleh “tujuan-tujuan ekstrem kanan pemerintah Israel.”
Mesir pada Senin mengecam serangan Israel ke Lebanon, serta memperingatkan bahwa eskalasi militer Israel hanya akan memperburuk krisis.
Dalam sebuah pernyataan, kementerian luar negeri Mesir mendesak kekuatan-kekuatan internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk turun tangan dalam menghentikan eskalasi Israel di kawasan tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani memperingatkan konsekuensi serius dari “upaya Israel untuk memperluas konflik di seluruh kawasan Asia Barat,” sementara Kementerian Luar Negeri Turkiye menyatakan bahwa serangan Israel “menandai fase baru dalam upaya Israel untuk menjerumuskan seluruh kawasan tersebut ke dalam kekacauan.”
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan “tanda bahaya darurat” atas meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut dan menyuarakan kekhawatiran serius atas keselamatan warga sipil, termasuk personel PBB. Guterres mendesak deeskalasi segera dan solusi diplomatik untuk menyelesaikan krisis itu.
Laporan: Redaksi