Selama musim 2021 hingga 2022, cakupan vaksinasi flu mencapai 54 persen di kalangan warga dewasa kulit putih dan Asia, 42 persen di kalangan warga dewasa kulit hitam, 38 persen di kalangan warga dewasa Hispanik, dan 41 persen di kalangan warga dewasa AI/AN.
Los Angeles, AS (Xinhua) – Cakupan vaksinasi flu di Amerika Serikat (AS) tidak merata di kalangan masyarakat kulit berwarna, dengan kondisi bahwa warga dewasa kulit hitam, Hispanik, dan Indian Amerika (American Indian/AI) atau Penduduk Asli Alaska (Alaska Native/AN) lebih berpotensi dirawat di rumah sakit akibat flu, namun kemungkinan mereka telah menjalani vaksinasi flu lebih kecil, menurut laporan baru yang dirilis pada Selasa (18/10) oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) AS.
Laporan tersebut menganalisis jumlah pasien yang menjalani rawat inap akibat flu dari 2009 hingga 2022 dan cakupan vaksinasi flu dari 2010 hingga 2022 berdasarkan ras dan etnis.
Cakupan vaksinasi flu secara konsisten lebih rendah di kalangan warga dewasa kulit hitam, Hispanik, dan AI/AN sejak 2010, menurut laporan itu.
Selama musim 2021 hingga 2022, cakupan vaksinasi flu mencapai 54 persen di kalangan warga dewasa kulit putih dan Asia, 42 persen di kalangan warga dewasa kulit hitam, 38 persen di kalangan warga dewasa Hispanik, dan 41 persen di kalangan warga dewasa AI/AN.
Sementara itu, jumlah warga dewasa kulit hitam, Hispanik, dan AI/AN yang dirawat di rumah sakit akibat flu lebih tinggi dibandingkan warga dewasa berkulit putih pada hampir semua musim pada 2009 hingga 2022, papar laporan itu.
Jika dibandingkan dengan warga dewasa kulit putih, jumlah pasien rawat inap hampir 80 persen lebih tinggi di kalangan warga dewasa kulit hitam, 30 persen lebih tinggi di kalangan warga dewasa AI/AN, dan 20 persen lebih tinggi di kalangan warga dewasa Hispanik, menurut laporan itu.
“Ada banyak hal yang menyebabkan kesenjangan dalam dampak flu yang parah, termasuk kurangnya akses ke perawatan dan asuransi kesehatan, terlewatnya kesempatan untuk mengikuti vaksinasi, serta informasi yang salah dan ketidakpercayaan yang berkontribusi terhadap tingkat kepercayaan yang lebih rendah pada vaksin,” kata CDC AS.
Rasisme dan prasangka juga diketahui memperburuk ketidaksetaraan, imbuh CDC AS.
Laporan: Redaksi