Proyek-proyek ekspansi jalan bebas hambatan baru-baru ini di Amerika Serikat telah memicu kembali diskusi tentang warisan rasis dari sistem jalan bebas hambatan di negara itu.
Los Angeles, AS (Xinhua/Indonesia Window) – Proyek-proyek ekspansi jalan bebas hambatan baru-baru ini di Amerika Serikat (AS) telah memicu kembali diskusi tentang warisan rasis dari sistem jalan bebas hambatan di negara itu. Meskipun pihak berwenang telah berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan di masa lalu, skeptisisme masih tinggi di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah dan minoritas atas potensi dampak negatifnya terhadap masyarakat yang terpinggirkan.
Menurut rencana awal, Proyek Peningkatan Koridor Interstate-605 di Los Angeles, yang pertama kali diusulkan oleh Otoritas Transportasi Metropolitan Los Angeles County (LA Metro) pada 2020, mencakup pembongkaran hingga 380 rumah, bisnis, dan properti lainnya di komunitas berpenghasilan rendah untuk membuka jalan bagi ekspansi jalur jalan bebas hambatan. Rencana ini mendapat penolakan keras dan ditunda pada 2022.
Tahun lalu, otoritas itu merevisi rencana tersebut, mengatakan bahwa proyek itu “tidak akan menggusur pemukiman penduduk.”
Namun, pada sebuah acara publik awal bulan ini, LA Metro tampaknya mengurungkan niatnya dan mengatakan bahwa “beberapa akuisisi parsial mungkin diperlukan,” menurut laporan Streetsblog LA, sebuah situs web yang meliput berita tentang jalanan dan jalan raya di wilayah Greater Los Angeles.
Proyek itu juga telah memicu kekhawatiran akan krisis perumahan dan ketidakadilan lingkungan. Alex Contreras, salah satu pendiri Happy City Coalition yang bertujuan untuk menolak ekspansi jalan bebas hambatan, mengatakan kepada Los Angeles Times, “Kita harus fokus pada bagaimana kita dapat membawa transportasi ke tempat di mana rumah-rumah sudah ada.”
Di Houston, Texas, para aktivis yang menentang proyek serupa mengalami kemunduran ketika Departemen Transportasi Texas mengumumkan pada sebuah pertemuan publik pada 18 Juli bahwa proyek yang sudah lama tertunda itu akan dimulai pada Oktober 2024 mendatang.
Menelan biaya 9 miliar dolar AS, Proyek Peningkatan Jalan Raya Houston Utara bertujuan untuk memperluas Interstate 45 dan kemungkinan akan berlanjut selama hampir dua dekade. Para penentang membentuk sebuah koalisi, termasuk kelompok-kelompok yang mengadvokasi keadilan rasial serta kesetaraan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan minoritas.
Proyek tersebut akan melibatkan pembongkaran beberapa unit perumahan umum di kota itu, terutama di lingkungan dengan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi dan proporsi orang kulit berwarna yang lebih besar, menurut laporan dari Air Alliance Houston, yang merupakan bagian dari koalisi tersebut.
Laporan itu mengindikasikan bahwa rencana ekspansi jalan bebas hambatan tersebut akan semakin memperparah pemisahan antarlingkungan, dan dampak negatifnya dapat secara tidak proporsional menimpa komunitas kulit berwarna berpenghasilan rendah. Sebagai contoh, desain tersebut memisahkan lingkungan berpenghasilan tinggi yang didominasi oleh warga kulit putih di sisi barat State Highway 288 dengan lingkungan berpenghasilan rendah dengan mayoritas warga kulit berwarna di sisi timur.
Secara historis, ekspansi jalan bebas hambatan telah menyebabkan tergusurnya komunitas berpenghasilan rendah dan komunitas kulit berwarna di AS. Penelitian terbaru menyoroti bahwa selama beberapa dekade terakhir, rute jalan raya sengaja dirancang untuk melewati komunitas kulit berwarna.
Pada 1950-an dan 1960-an, pembangunan sistem jalan bebas hambatan antarnegara bagian (interstate highway) di wilayah Los Angeles secara tidak proporsional berdampak pada lingkungan warga kulit hitam dan Latin.
Sebagai contoh, proyek East Los Angeles Interchange dibangun di atas reruntuhan jalan perumahan di Boyle Heights, menggusur sedikitnya 10.000 orang dari komunitas yang sebagian besar terdiri dari orang Meksiko dan multietnis.
Sugar Hill, yang dulunya merupakan lingkungan warga kulit hitam yang berkembang di dekat pusat kota Los Angeles, digusur untuk membuka jalan bagi Interstate 10.
“Beverly Hills yang kaya mampu menghentikan proposal proyek jalan bebas hambatan di lingkungan tersebut pada 1975, sementara komunitas kulit berwarna, seperti Sugar Hill dan Boyle Heights, tergusur oleh jalan bebas hambatan meskipun mendapat tentangan dari masyarakat setempat selama bertahun-tahun,” demikian laporan dari organisasi nirlaba Climate Nexus.
Pembangunan jalan bebas hambatan di AS pada pertengahan abad ke-20 menggusur sekitar 1 juta orang dan membuat penduduk yang tersisa harus bergulat dengan polusi udara dan menurunnya peluang ekonomi, menurut laporan berjudul “”Why U.S. Highways Perpetuate Racial Injustice” (Mengapa Jalan Bebas Hambatan AS Melanggengkan Ketidakadilan Rasial).
Masyarakat di sekitar jalan bebas hambatan sering kali menanggung beban yang tidak proporsional akibat polusi udara, polusi suara, dan bahaya lingkungan lainnya. Secara ekonomi, pembangunan jalan bebas hambatan terkait dengan praktik-praktik perumahan yang diskriminatif, seperti diskriminasi rasial di daerah tertentu dalam layanan keuangan (redlining) dan perjanjian rasial.
“Sistem jalan bebas hambatan antarnegara bagian di AS dibangun dengan mengorbankan komunitas kulit berwarna berpenghasilan rendah di seluruh negeri, dan banyak dari komunitas tersebut yang masih menanggung akibatnya hingga hari ini,” ujar laporan tersebut.
*1 dolar AS = 16.268 rupiah
Penulis: Wen Tsui
Selesai