Proyek perumahan tahan gempa yang diimplementasikan di Xinjiang pada 2004, berfokus khusus pada daerah-daerah yang sering diguncang gempa, termasuk Wushi.
Urumqi, Daerah Otonom Uighur Xinjiang (Xinhua) – Ketika gempa bermagnitudo 7,1 mengguncang Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut, pada Selasa (23/1) pagi waktu setempat, Hasanbay Tabaldi, seorang penggembala yang tinggal di dekat pusat gempa, terbangun karena guncangan tersebut.
“Saat saya bergegas keluar rumah, saya melihat kandang domba sudah roboh, dan puluhan domba terjebak di bawah reruntuhan,” kenangnya.
Hasanbay Tabaldi tinggal di kawasan pastoral sekitar 20 kilometer dari Kulansarak, salah satu kota kecil yang paling dekat dengan pusat gempa, di wilayah Wushi.
Saat Hasanbay Tabaldi sedang memeriksa domba-domba tersebut, tim penyelamat dengan sejumlah ekskavator bersama dengan para tetangganya bergegas membantu. “Terima kasih kepada warga desa dan tim penyelamat, mereka berhasil mengeluarkan domba saya dalam waktu dua jam,” tuturnya. Untungnya dari bencana ini, empat rumahnya yang tahan gempa di kota tersebut sama sekali tidak mengalami kerusakan.
“Rumah-rumah tahan gempa itu kuat dan kokoh,” ujarnya.
Di Kulansarak, terdapat tiga desa dengan 1.080 kepala keluarga penggembala dan petani. Dang Yongming, seorang pejabat di kota itu, mengatakan bahwa usai gempa bumi, tim penyelamat hanya membutuhkan waktu kurang dari empat jam untuk menyisir desa-desa guna memeriksa kondisi warga dan rumah-rumah di sana.
“Kami mendapati bahwa ‘rumah-rumah aman’ yang dibangun dalam beberapa tahun terakhir secara umum masih utuh, sementara bangunan yang rusak sebagian besar adalah rumah bata dan kandang domba yang dibangun sendiri oleh para penggembala,” ungkap Dang.
Gempa bumi tersebut mengakibatkan tiga orang tewas dan lima lainnya luka-luka. Namun, gempa itu menyebabkan korban jiwa yang relatif sedikit dibandingkan dengan besarnya magnitudo gempa, berkat rendahnya kepadatan populasi di pusat gempa yang berdataran tinggi serta upaya penyelamatan yang tepat waktu dan terorganisasi dengan baik.
Faktor krusial lainnya yang menyebabkan sedikitnya jumlah korban jiwa adalah proyek perumahan tahan gempa yang diimplementasikan di Xinjiang pada 2004, dengan fokus khusus pada daerah-daerah yang sering diguncang gempa, termasuk Wushi.
Selama dua dekade terakhir, rumah-rumah tahan gempa untuk seluruh warga desa di Xinjiang merupakan rumah yang baru dibangun atau rumah yang telah direnovasi. “Hasil dari proyek perumahan itu teruji ketika gempa mengguncang kali ini,” kata Jarin Nurhamiti, kepala departemen manajemen kedaruratan Xinjiang.
“Dalam beberapa tahun terakhir, berkat kampanye yang ditujukan untuk pengentasan kemiskinan, revitalisasi pedesaan, dan bantuan berpasangan (pairing assistance) yang menargetkan berbagai daerah di China, rumah-rumah penduduk kami semakin diperkuat,” lanjutnya.
Saat ini, warga yang direlokasi telah dimukimkan kembali dengan baik, layanan transportasi telah dilanjutkan kembali, sedangkan fasilitas telekomunikasi dan listrik di daerah yang terdampak bencana juga telah dipulihkan.
Laporan: Redaksi