Jakarta (Indonesia Window) – Program Kampung Iklim (ProKlim) yang pertama kali diluncurkan pada 2011, bertujuan mendukung komitmen Nationally Determined Contributions (NDC) atau Kontribusi Nasional Indonesia dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat internasional.
ProKlim dikembangkan dan dilaksanakan di wilayah administratif paling rendah setingkat RW atau dusun, dan paling tinggi setingkat kelurahan atau desa.
Pelaksanaan ProKlim dan perkembangannya ditunjukkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada Kamis (17/6) melalui pameran virtual bertajuk Upaya Nyata di Tingkat Tapak untuk Mendukung Komitmen NDC Indonesia, dengan dukungan Global Green Growth Institute (GGGI).
Di pameran virtual tersebut, peserta diajak untuk mengenal dan mengikuti aksi-aksi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang sudah dilakukan oleh masyarakat di lima wilayah percontohan dengan pendampingan Balai Pengendalian Perubahan Iklim-Kebakaran Hutan dan Lahan (PPI-KHL).
Salah satu aksi adaptasi perubahan iklim dalam mendukung ketahanan pangan dicontohkan oleh warga di Kelurahan Kampung Bugis, Kota Tanjung Pinang, Provinsi Riau, dan di Kelurahan Kelurahan Purwantoro, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur.
Mereka mengembangkan perkebunan mandiri yang ramah lingkungan dengan menanam sayuran dan tanaman obat-obatan di lahan tidur dan pekarangan rumah.
Sementara itu, masyarakat di Desa Salassae, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan mengantisipasi kekeringan, banjir dan tanah longsor dengan membuat embung, terasering, penampungan air hujan, serta menggali lubang biopori dan rorak (salurann penangkap air permukaan dan air tanah).
Adapun aksi mitigasi yang dilakukan di ProKlim bisa terkait dengan penanaman, perlindungan kawasan hutan oleh masyarakat sekitar hutan, dan pengelolaan hutan desa.
Desa Mensiau, Kabupaten Kapuas Hulu di Provinsi Kalimantan Barat adalah lokasi ProKlim di mana warga setempat memanfaatkan panel surya untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka.
Sementara di Kalimantan Timur, desa ProKlim menerima pembayaran berbasis hasil dari program Forest Carbon Partnership Facility-Carbon Fund (FCPF-CF).
Pameran virtual tersebut juga mengajak peserta mengenali upaya pengelolaan sampah, limbah padat dan cair di Kampung Margorukun, Kabupaten Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat.
Dengan menyaksikan kegiatan masyarakat di desa-desa ProKlim tersebut, masyarakat luas diharapkan mendukung pencapaian komitmen NDC Indonesia di tingkat tapak dengan menerapkan aksi adaptasi dan mitigasi serupa.
NDC Indonesia meliputi komitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan upaya sendiri, hingga 41 persen dengan bantuan internasional.
Indonesia juga berkomitmen dalam membangun ketahanan ekonomi, ketahanan sosial dan penghidupan, serta ketahanan ekosistem dan lanskap dari dampak perubahan iklim.
Dalam komitmen NDC, terdapat peran non-Party Stakeholders (NPS), yang terdiri dari masyarakat, sektor swasta, lembaga keuangan, dan pemerintah daerah. ProKlim merepresentasikan masyarakat sekaligus entitas terkecil dari pemerintah daerah di tingkat tapak.
Laporan: Redaksi