Profesi beternak lebah di Irak kini menghadapi berbagai tantangan, seperti suhu udara yang tinggi di musim panas, penyebaran penyakit, dan kekeringan yang melanda negara itu akibat krisis iklim.
Baghdad, Irak (Xinhua) – Banyak petani di Irak bertekad melestarikan profesi ternak lebah dan produksi madu, yang telah dikenal di sana sejak dahulu kala.
Namun, profesi beternak lebah kini menghadapi berbagai tantangan, seperti suhu udara yang tinggi di musim panas, penyebaran penyakit, dan kekeringan yang melanda negara itu akibat krisis iklim.
Para petani berjuang keras menyelamatkan sarang lebah mereka karena tidak ada cukup air dan akibatnya, tidak ada tanaman berbunga yang cukup untuk memenuhi kebutuhan lebah, menurut Ali Lafta (50), seorang petani di Provinsi Salahudin, baru-baru ini.
Terlepas dari berbagai kesulitan yang dihadapi, Lafta berhasil memproduksi madu dalam jumlah besar, dan dirinya bangga dengan kualitas madunya, dengan mengatakan “Satu sendok teh madu setiap hari menjamin kehidupan yang sehat.”
Dr. Ghaleb al-Jubouri, direktur klinik kesehatan hewan di daerah Duluiyah, sekitar 80 km sebelah utara Baghdad, mengatakan kepada Xinhua bahwa sarang lebah terpapar oleh kondisi yang keras, terutama pada musim panas, yang menyebabkan meningkatnya banyak penyakit yang menyerang lebah.
Kendati demikian, dirinya mengatakan bahwa para peternak lebah sangat ingin menjadikan profesi beternak lebah sebagai profesi yang sukses, yang dapat ditelusuri sejak ribuan tahun lalu hingga ke era Sumeria, sebagaimana dibuktikan dengan adanya prasasti di lauh tanah liat yang memuat resep penggunaan madu untuk mengobati infeksi kulit.
Laporan: Redaksi