Jokowi ajak UEA bangun pusat keuangan di IKN, investasi di ekosistem kendaraan listrik

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers antara lain tentang hasil penting dari kunjungan kenegaraan terakhirnya ke Uni Emirat Arab (UEA) pada Selasa-Rabu (16-17/07), usai menyaksikan laga perdana pembukaan turnamen sepak bola Piala Presiden 2024 di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, Jumat (19/07/2024). (Sekretariat Kabinet RI)

Presiden UEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), dan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa-Rabu (16-17/07) di Abu Dhabi membahas dua isu utama yang menjadi fokus dalam peningkatan kerja sama bilateral.

Jakarta (Indonesia Window) – Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), dan Presiden UEA, Mohamed bin Zayed Al Nahyan (MBZ), pada Selasa-Rabu (16-17/07) di Abu Dhabi membahas dua isu utama yang menjadi fokus dalam peningkatan kerja sama bilateral di samping isu-isu penting lainnya, ungkap  Sekretariat  Kabinet RI dalam pernyataan tertulisnya yang dikutip Indonesia Window pada Ahad.

“Ke UEA kita hanya membahas dua hal penting, meskipun ada banyak yang lainnya,” ujar Presiden Jokowi dalam keterangannya di hadapan awak media di Stadion Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat pada Jumat, 19 Juli.

Pertama, mengenai pembangunan pusat keuangan atau financial center di Ibu Kota Nusantara (IKN), kata presiden seraya menyebutkan bahwa pemerintah ingin mempelajari sistem di Dubai International Financial Center (DIFC).

“Di situ ada sistemnya kita ingin tiru, rekrutnya seperti apa, membawa uang untuk bisa masuk ke financial center di Dubai seperti apa, DIFC,” ungkapnya.

Terkait hal tersebut, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa telah ditandatangani sebuah nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) antara Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) dan DIFC. “Artinya financial center yang di IKN ini nanti akan kita harapkan segera dibentuk dan segera bisa berjalan,” tambahnya.

Isu kedua yang ditekankan adalah kerja sama dalam sektor nikel, yang mencakup seluruh rantai nilai dari hulu hingga hilir—mulai dari pertambangan, produksi katode dan prekursor, pembuatan baterai kendaraan listrik, hingga kendaraan listrik itu sendiri. Selain UEA, Indonesia kini tengah melakukan pendekatan ke dua negara lain untuk bekerja sama.

“Kalau ini berhasil, kita harapkan bisa menguasai pasar 80-85 persen pasar dunia. Itu yang kita harapkan,” jelasnya.

Kerja sama tersebut menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam menguatkan posisi Indonesia di pasar global, khususnya dalam industri yang sedang berkembang pesat seperti kendaraan listrik dan teknologi baterai.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan