Jakarta (Indonesia Window) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Selasa (19/5) menyatakan mengakhiri semua perjanjian yang ditandatangani dengan Israel dan Amerika Serikat.
Presiden Abbas mengumumkan hal tersebut selama pertemuan darurat di Ramallah yang membahas rencana Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki, menurut laporan Arab News yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan keputusan itu mencakup perjanjian keamanan dengan Israel, termasuk yang ditetapkan dalam Kesepakatan Oslo yang ditandatangani pada 1993.
“Organisasi Pembebasan Palestina dan Negara Palestina dibebaskan, sampai hari ini, dari semua perjanjian dan kesepahaman dengan pemerintah Amerika dan Israel dan semua kewajiban yang berdasarkan pada kesepemahaman dan perjanjian ini, termasuk yang berkaitan dengan keamanan,” kata Abbas.
Pengumuman dramatis itu muncul ketika Israel bersiap untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang diduduki, yang diadopsi oleh pemerintah koalisi baru yang disumpah pada Ahad.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji dalam kampanye pemilihannya untuk mencaplok wilayah Lembah Jordan di wilayah Palestina.
Abbas mengatakan pembatalan perjanjian itu berarti Israel sekarang harus “memikul semua tanggung jawab dan kewajiban di depan komunitas internasional sebagai kekuatan pendudukan.”
Dia juga menyerang AS, yang di bawah pemerintahan Donald Trump telah mengambil garis keras terhadap Palestina, termasuk mengembalikan kedutaan AS ke Yerusalem.
“Kami menganggap pemerintah Amerika bertanggung jawab penuh atas penindasan yang menimpa rakyat Palestina dan kami menganggapnya sebagai mitra utama dengan pemerintah pendudukan Israel dalam semua keputusan dan tindakan agresif dan tidak adil terhadap rakyat kami,” tegas Abbas.
Laporan: Redaksi