Jakarta (Indonesia Window) – Presiden Ukraina pada Senin (27/6) mengatakan bahwa dia telah mengusulkan AS untuk mencap Rusia sebagai sponsor terorisme, sebutan yang diterapkan Departemen Luar Negeri AS untuk negara-negara yang dituduh telah memberikan dukungan untuk tindakan terorisme internasional.
Usulan tersebut ditolak Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa, dengan mengatakan bahwa Prancis tidak menyetujui metode semacam itu.
“Mengenai sebutan sebagai sponsor terorisme, saya ingin memperjelas ini. Prancis tidak menyetujui metode seperti itu, karena kami selalu berusaha untuk tetap berpegang pada prosedur peradilan,” kata Macron pada konferensi pers setelah KTT G7 di Jerman.
Ditanya tentang kapan konflik di Ukraina mungkin berakhir, Macron mengatakan dia berharap itu akan berakhir pada akhir tahun.
“Tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti bahwa permusuhan akan berakhir dalam beberapa pekan atau bahkan bulan ke depan,” katanya, seraya menambahkan bahwa negara-negara Kelompok Tujuh (G7) akan terus menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan mendukung Ukraina.
Para pemimpin G7 berkumpul untuk pertemuan puncak ke-48 yang isunya didominasi oleh perang di Ukraina dan dampaknya terhadap pasokan pangan dan energi, serta ekonomi global.
Pada awal pertemuan yang digelar di Pegunungan Alpen Bavaria, Jerman, empat dari negara-negara kaya Kelompok Tujuh bergerak untuk melawan Rusia, dengan cara melarang impor emas Rusia guna memperketat sanksi yang menekan Moskow dan memotong sarananya untuk membiayai invasi atas Ukraina.
Tetapi tidak jelas apakah ada konsensus G7 mengenai rencana tersebut, dengan Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan masalah itu perlu ditangani dengan hati-hati dan didiskusikan lebih lanjut.
Sumber: TASS dengan pengayaan dari berbagai sumber
Laporan: Redaksi