PLN Indonesia Power dan CEEC sebelumnya telah bekerja sama membangun pembangkit listrik ramah lingkungan di dalam Kawasan Industri PT Baoshuo Taman Industry Investment Group (BTIIG) di Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.
Jakarta (Xinhua) – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Indonesia melalui anak usahanya, PLN Indonesia Power, menyepakati kerja sama baru dengan China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC) untuk pengembangan proyek energi hijau secara komprehensif di Sulawesi. Kedua perusahaan itu menandatangani Perjanjian Studi Pengembangan Bersama atau Joint Development Studi Agreement (JDSA) di Jakarta pada pekan lalu.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan kerja sama tersebut menjadi momen penting karena dalam waktu dekat, pemerintah Indonesia bersama PLN akan merilis Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang baru. Dokumen tersebut menargetkan pembangunan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) skala besar, di antaranya target pembangkit berbasis hidro dan geothermal 32 gigawatt, serta pembangkit tenaga surya dan angin 28 gigawatt. Selain itu, pemerintah dan PLN juga akan mengembangkan green transmission line untuk menyalurkan listrik ramah lingkungan antarpulau.
Sementara itu, Ketua Dewan CEEC Group Song Hailiang mengatakan pihaknya siap mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat. CEEC optimistis dengan kerja sama terbaru ini karena telah memiliki sejarah panjang kerja sama pengembangan energi baru dengan PLN.
“Indonesia merupakan mitra penting China dalam upaya bersama-sama membangun dan berkontribusi terhadap target NZE 2060 di Indonesia,” kata Song dalam keterangan resmi yang dirilis PLN pada Senin (25/3).
PLN Indonesia Power dan CEEC sebelumnya telah bekerja sama membangun pembangkit listrik ramah lingkungan di dalam Kawasan Industri PT Baoshuo Taman Industry Investment Group (BTIIG) di Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah. Disepakati pada Mei tahun lalu, kerja sama ini akan membangun pembangkit tenaga air dan tenaga surya sebesar 5.000 megawatt sebagai pengembangan tahap pertama.
Laporan: Redaksi