Jakarta (Indonesia Window) – Bakal Pasangan Calon (Bapaslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon dari jalur independen (perseorangan), H Ali Mujahidin SHI-Firman Muttaqin SE akhirnya bisa bernapas lega.
Mereka semakin percaya diri untuk berlaga pada Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) Cilegon 2020.
Bapaslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon itu telah mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Cilegon pada 4 September 2020.
Mereka menyatakan bersyukur dan siap mengikuti tahapan-tahapan Pilwakot selanjutnya.
Sementara itu, berdasarkan data KPU Kota Cilegon, terdapat empat Bapaslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon yang mendaftar selama tiga hari sejak 4 September hingga 6 September 2020.
Ali Mujahidin-Firman Muttaqin adalah satu-satunya pasangan dari jalur perseorangan, sedangkan tiga Bapaslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota lainnya melakukan pendaftaran melalui jalur parpol, yakni pasangan Helldy Agustian-Sanuji Pentamarta, Iye Iman Rohiman-Awab, dan Ratu Ati Marliati-Sokhidin.
Helldy-Sanuji didukung Partai Berkarya dan PKS, sementara Iye-Awab didukung PAN, PPP, dan Partai Demokrat.
Kemudian, Ati-Sokhidin didukung 50 persen kursi parlemen. Pasangan petahana ini mendapat dukungan dari empat partai, yakni Partai Golkar, Nasdem, PKB, dan Gerindra.
Dari semua pasangan tersebut, PDIP tidak masuk gerbong koalisi manapun. Partai yang berniat mengusung Ketua DPC PDIP Kota Cilegon Reno Yanuar sebagai bakal calon kepala daerah itu tidak berhasil mendapatkan pasangan.
Adapun empat Bapaslon yang sudah melakukan pendaftaran ke KPUD masih menunggu hasil verifikasi lanjutan yang akan dilakukan oleh KPU sebelum ditetapkan sebagai pasangan calon (paslon).
Menurut Ketua KPUD Kota Cilegon Irfan Alfi, pengumuman penetapan paslon akan dilakukan pada 23 September 2020.
Setelah itu keempat pasangan calon akan berkampanye selama 71 hari mulai 26 September 2020.
Kota Cilegon itu sendiri adalah salah satu dari 270 daerah yang akan melaksanakan Pilkada serentak di tahun 2020, dengan rincian sembilan tingkat provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota.
Ikhtiar
Sambil menunggu penetapan Paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Cilegon, semua Bapaslon saat ini intens melakukan konsolidasi dan persiapan untuk mengikuti tahapan-tahapan Pilkada berikutnya, termasuk Bapaslon Ali Mujahidin dan Firman Muttaqin.
Ali Mujahidin yang biasa dipanggil “Mumu” dan Firman Muttaqin alias “Lian Firman” atau “Lian” mempunyai tim pemenangan dan relawan yang relatif solid, setidaknya ditunjukkan pada tahapan awal Pilkada.
Bapaslon tersebut dinyatakan lolos verifikasi faktual (verfak) sebagaimana dibuktikan dengan jumlah dukungan warga berupa lampiran sebanyak 39.262 fotokopi KTP, sedangkan syarat minimal atau ambang batas yang ditetapkan untuk Kota Cilegon adalah sebanyak 24.669 fotocopi KTP.
Mengumpulkan dukungan sebanyak itu pasti sangat sulit. Tetapi tim Mumu dan Lian Firman berhasil mengumpulkan dukungan melebihi syarat minimal atau ambang batas yang telah ditetapkan.
Terkait pesan kampanye nanti, dalam beberapa kesempatan pasangan itu akan mengedepankan gagasan “Perubahan untuk Cilegon”, sebuah isu yang disukai warga di banyak tempat dengan titik sentral mengkritisi kelemahan kebijakan petahana.
Masalah yang dikritisi di Kota Cilegon antara lain tata ruang kota yang semrawut, masalah banjir, tingkat pengangguran yang mengkhawatirkan, persoalan hukum status lahan, dan masalah hukum yang melibatkan dua wali kota sebelumnya, padahal Cilegon sejatinya adalah kota industri yang prospektif.
Bagi Mumu yang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha itu, tidak dapat dipungkiri bahwa dirinya membawa nama besar Al-Khairiyah karena saat ini berkedudukan sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ormas Islam yang kini sudah berusia lebih dari satu abad itu.
Secara genealogis (silsilah atau nasab), Mumu adalah keturunan dari Ki Wasid, tokoh utama pada pemberontakan petani Banten yang heroik terhadap penjajah kolonial Belanda di tahun 1888.
Cucu Ki Wasid, yaitu KH Syam’un merupakan pendiri Perguruan Islam Al-Khairiyah di Cilegon pada 1916 serta tokoh sentral di Banten saat perjuangan Kemerdekaan.
KH Syam’un yang berpangkat militer Brigjen kemudian menjadi bupati pertama di Kabupaten Serang pasca Kemerdekaan.
Adapun nama Al-Khairiyah yang didirikan KH Syam’un diambil dari sebuah nama bendungan di Sungai Nil Mesir dengan harapan dapat memberi manfaat yang besar bagi masyarakat, agama, dan negara, sebagaimana bendungan tersebut memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Mesir.
Brigjen KH Syam’un yang wafat pada 2 Maret 1949 telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Presiden Jokowi pada 8 November 2018, dan pejuang kemerdekaan itu adalah kakek dari Ali Mujahidin alias Mumu.
Tetapi Mumu memberikan penjelasan dalam beberapa kesempatan bahwa dirinya siap tampil untuk memimpin Cilegon, bukan karena membanggakan diri sebagai keturunan pejuang dan pahlawan nasional.
Ia menyatakan siap maju pada Pilwakot Cilegon karena adanya dorongan dari tokoh masyarakat dan ulama di Kota Baja itu serta adanya keinginan untuk membenahi dan membangun tanah kelahirannya.
Pria kelahiran Citangkil Cilegon pada 24 Januari 1977 yang sebelumnya pernah dua kali menjadi Cawalkot Cilegon itu menyatakan siap berikhtiar secara maksimal serta optimistis bisa memenangkan Pilwakot Cilegon.
Tetapi ia juga mengemukakan bahwa pasangan manapun yang bakal menang nanti sudah tertulis dalam suratan takdir.
Ia dalam beberapa kesempatan juga mengingatkan bahwa meski pilihan berbeda, tetapi pertemanan, persahabatan, dan kekeluargaan harus tetap terpelihara.
Pernyataan itu mengisyaratkan bahwa Mumu semakin matang dalam berpolitik serta kian menyadari perlunya “networking” (silaturahim) yang antara lain juga dibuktikan dengan keberhasilannya beberapa kali mengundang Presiden Jokowi untuk berkunjung ke lembaga pendidikan Al-Khairiyah di Citangkil.
Santun
Sementara itu Lian Firman yang selama ini dikenal sebagai aktor dan pesinetron dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa dirinya sudah tidak lagi menerima tawaran untuk bermain film atau sinetron. Ia berkomitmen untuk fokus mengikuti tahapan-tahapan Pilwakot Cilegon 2020.
Pria kelahiran 23 November 1985 itu menyatakan terdorong ikut Pilwakot mendampingi Ali Mujahidin semata-mata karena sebagai putera daerah ingin memberikan sumbangsih bagi kemajuan dan kemuliaan tanah kelahirannya.
Seperti Ali Mujahidin, Lian Firman juga lahir di Citangkil Cilegon, bahkan ia termasuk keluarga besar Al-Khairiyah karena pada masa lalunya mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan yang didirikan Pahlawan Nasional Brigjen KH Syam’un tersebut.
Lian adalah lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Al-Khairiyah, bahkan pada masa kecilnya pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Al-Khairiyah Citangkil Cilegon, dilanjutkan sekolah di SD Kerenseng 2 Citangkil, SMPN 2 Cilegon, dan SMA Al-Islah Cilegon.
Saat ini putera dari Mantri Kesehatan almarhum H Usman itu berkedudukan sebagai Wakil Ketua Bidang Penanggulangan Narkoba di Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Al-Khairiyah Kota Cilegon.
Sebagai aktor dan pesinetron, Lian Firman bermain dalam sejumlah sinetron dan film televisi, antara lain pernah membintangi film layar lebar “Miracle: Menantang Maut” dan sinetron “Cinta Fitri”.
“Cinta Fitri” sendiri berhasil menjadi sinetron Indonesia dengan episode terbanyak yang ditayangkan di televisi selama empat tahun dalam 1002 episode. Sinetron itu memenangkan Panasonic Gobel Awards untuk kategori Drama Seri Terbaik selama dua tahun berturut-turut (2009 dan 2010).
Selain ketokohan Mumu, faktor Lian Firman diprediksi akan mendulang suara signifikan bagi pasangan Mumu-Lian pada Pilwakot Cilegon, karena Lian adalah “simbol milenial” dan aktor populer yang terutama disukai kaum muda dan ibu-ibu, selain juga mendapatkan banyak dukungan dari sesama artis.
Tetapi, bagaimana pun, perjuangan masih panjang dan berliku. Kuncinya, pasangan Ali Mujahidin-Lian Firman (MULIA) yang sama-sama kelahiran Citangkil Cilegon harus bisa merangkul semua lapisan masyarakat di tanah kelahirannya itu agar perjuangannya mencapai keberhasilan.
Last but not least, perjuangan mereka untuk mencapai kesuksesan harus tetap mengedepankan sikap dan perilaku yang santun, sebab kata pemikir Islam Imam Ghazali, “Tidak akan sampai ke puncak kejayaan kecuali dengan kerja keras, dan tak akan sampai ke puncak keagungan kecuali dengan sopan santun”.
Penulis: Aat Surya Safaat [Penasehat Forum Akademisi Indonesia (FAI)/Asesor Uji Kompetensi Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (UKW-PWI)/Pemred LKBN ANTARA 2016/Kepala Biro ANTARA New York 1993-1998]