Rencana pemindahan Kedutaan Besar Inggris dari Tel Aviv ke Yerusalem yang sempat diwacanakan oleh mantan PM Inggris Liz Truss dibatalkan oleh penggantinya, PM Rishi Sunak.
Jakarta (Indonesia Window) – Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia memuji sikap Perdana Menteri Inggris yang baru, Rishi Sunak, yang membatalkan wacana PM Inggris sebelumnya, Liz Truss, yang berencana memindahkan Kedutaan Besar Inggris dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Hal ini diungkapkan Ketua Presidium MER-C, dr. Sarbini Abdul Murad, menanggapi pernyataan juru bicara Sunak yang dengan tegas menyebutkan bahwa tidak ada rencana pemindahan Kedutaan Besar Inggris di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, dilansir AFP, Kamis (3/11).
“MER-C memuji sikap dan keberanian PM Sunak yang membatalkan wacana mantan PM Truss walaupun ada pertentangan dan cibiran sinis dari Israel,” ujar Sarbini.
“Kami mendukung langkah PM Sunak karena merupakan upaya yang produktif untuk menciptakan perdamaian di Palestina,” tambahnya.
Lebih lanjut, Sarbini berharap Inggris di bawah pemerintahan PM Rishi Sunak bisa memainkan peran yang lebih optimal dalam membantu penyelesaian konflik Palestina – Israel.
“Hadirnya Israel karena andil Inggris melalui Deklarasi Balfour. Oleh sebab itu, kita berharap Inggris bisa berperan optimal dalam masalah ini,” lanjut Sarbini.
Untuk itu, menurutnya Inggris mempunyai tanggung jawab moral dan sejarah untuk menyelesaikan masalah Palestina – Israel. “Inggris tidak bisa lepas tangan dari permasalahan Palestina,” katanya.
Deklarasi Balfour
Situs jejaring history.com menyebutkan bahwa pada tanggal 2 November 1917, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour menulis surat penting kepada warga negara Yahudi paling terkenal di Inggris, Baron Lionel Walter Rothschild, menyatakan dukungan pemerintah Inggris untuk tanah air Yahudi di Palestina. Surat itu akhirnya dikenal sebagai Deklarasi Balfour.
Dukungan Inggris untuk gerakan Zionis datang dari keprihatinannya tentang arah Perang Dunia Pertama. Selain keyakinan sejati akan kebenaran Zionisme, yang dipegang oleh Lloyd George antara lain, para pemimpin Inggris berharap bahwa pernyataan yang mendukung Zionisme akan membantu mendapatkan dukungan Yahudi bagi pasukan sekutu.
Pengaruh Deklarasi Balfour terhadap jalannya peristiwa-peristiwa pasca-perang langsung terasa. Menurut sistem ‘mandat’ yang dibuat oleh Perjanjian Versailles tahun 1919, Inggris dipercaya untuk mengatur administrasi Palestina, yang mencakup warga Yahudi dan Arab.
Laporan: Redaksi