Banner

Berada di tengah kota, Quanta Farm terapkan peternakan sehat, hasilkan telur bernutrisi

Pemilik dan CEO Quanta Farm, Kusnan bin Kundori, saat memberikan penjelasan mengenai bisnis ayam petelur di Bogor, Rabu (18/9/2024). (Indonesia Window)

Peternakan Quanta Farm memproduksi dua jenis telur ayam, yakni telur ayam reguler yang dihasilkan dari ras Hy-Line Brown dan telur ayam ber-omega dari jenis ISA Brown.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Telur ayam menjadi salah satu sumber protein bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Harga yang relatif terjangkau dibandingkan daging dan ikan, serta cara pengolahan yang mudah, di antara alasan masyarakat mengonsumsi telur ayam guna melengkapi nutrisi dalam diet sehari-hari.

Data statistik menunjukkan, konsumsi telur ayam per kapita di Tanah Air pada 2023 mencapai 6,69 kilogram per kapita per tahun. Jika 1 kg telur ayam rata-rata berisi 16-17 butir, maka satu orang di Indonesia makan 107-113 butir per tahun.

Meskipun angka tersebut sempat turun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,08 kg, tren konsumsi telur ayam di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Di wilayah Bogor Raya (kabupaten dan kota) yang berpenduduk hingga mencapai 6,6 juta jiwa dengan pertumbuhan industri kuliner yang semakin marak, konsumsi telur ayam dipastikan semakin bertumbuh.

Hal tersebut telah diantisipasi oleh Kusnan bin Kundori, pemilik sekaligus CEO dari peternakan ayam layer (petelur) Quanta Farm yang berlokasi di Kelurahan Semplak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat.

“Meskipun berada di tengah kota, Quanta Farm tidak mengganggu lingkungan sekitar karena peternakan ayam di sini menerapkan teknologi yang tidak menimbulkan polusi udara karena bau dan polutan padat dari kotoran ayam,” tuturnya dalam wawancara khusus dengan Indonesia Window di Bogor, Rabu (18/9).

Di area peternakan seluas sekira 5.000 meter persegi, Kusnan mengelompokkan ayam-ayam petelurnya menjadi tiga kandang berbentuk battery cage, berdasarkan jenis ayam, yakni Hy-Line Brown dan ISA Brown, serta usia produktif ayam.

“Di bawah kandang ada kolam yang berisi ikan. Jadi, kotoran ayam langsung jatuh ke dalam kolam, dan diuraikan oleh ikan,” ujar Kusnan.

Peternakan Quanta Farm
Quanta Farm memelihara ayam petelur dalam kandang ‘battery cage’ dengan kolam yang berisi ikan di bagian bawah, untuk menguraikan kotoran ayam sehingga tidak menimbulkan bau. (Indonesia Window)

Jenis ayam

Telur ayam dari peternakan Quanta Farm dihasilkan dari dua ras ayam, yakni Hy-Line Brown dan ISA Brown.

“Kedua ras ayam ini telah terbukti paling unggul karena satu ekor ayam bertelur satu butir setiap hari, sehingga bisa menghasilkan rata-rata 300 butir ayam selama masa produksi mereka mulai dari usia 16 minggu hingga 100 minggu,” jelas Kusnan, seraya menambahkan, bahkan di Amerika Serikat ayam ras ini bisa menghasilkan 500 butir telur selama masa produktif mereka.

Dari segi jenis telur ayam, Quanta Farm memproduksi telur ayam reguler dan telur ayam omega.

“Jenis telur ayam ini berbeda karena pakan yang diberikan kepada ayam berbeda. Ayam ISA Brown yang dipelihara untuk menghasilkan telur yang mengandung omega diberikan pakan dengan kandungan biji-bijian, seperti jagung, flaxseed atau biji rami, dan minyak ikan,” urai Kusnan yang merupakan alumni kedokteran hewan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) itu.

Flaxseed merupakan tanaman biji-bijian yang berasal dari Timur Tengah, dan telah diketahui memiliki berbagai kandungan nutrisi yang bisa meningkatkan kesehatan tubuh, seperti menurunkan kolesterol, mengurangi peradangan, hingga mencegah terjadinya kanker.

Pemilik dan CEO Quanta Farm, Kusnan bin Kundori, memanen telur ayam yang dihasilkan dari ayam-ayam berusia 90 pekan, di Bogor, Rabu (18/9/2024). (Indonesia Window)

Dengan pakan yang istimewa tersebut, “ayam akan menghasilkan telur dengan kandungan omega hingga lima kali lebih tinggi dari telur ayam biasa. Omega ini bagus untuk kesehatan jantung, mencegah inflamasi atau peradangan, dan untuk pertumbuhan otak. Telur ayam ber-omega juga aman dikonsumsi oleh mereka yang memiliki kolesterol dan kadar gula darang dalam tubuh yang tinggi,” urai Kusnan.

Secara fisik, telur ayam biasa dan telur ayam omega tidak dapat dibedakan. Namun, warna bagian kuning telur (yolk) dari telur ayam ber-omega menampakkan warna merah kekuning-kuningan atau oranye.

Pemilik dan CEO Quanta Farm, Kusnan bin Kundori, menunjukkan pakan ‘istimewa’ yang diberikan kepada ayam petelurnya agar menghasilkan ayam dengan kandungan omega tinggi, di Bogor, Rabu (18/9/2024). (Indonesia Window)

Dari segi bisnis, menurut dia, tantangan terbesar di peternakan ayam petelur adalah harga pakan yang tak menentu, bahkan ada kalanya cenderung meningkat.

“Tapi ini bisa kita atasi dengan membuat pakan sendiri. Apalagi di Indonesia rempah-rempah untuk campuran bahan makanan ayam cukup melimpah. Dengan membuat pakan sendiri dan tidak tergantung pada produk pabrikan, kita juga yakin bahwa pakan ayam kita berkualitas,” ujar Kusnan.

Dengan kebutuhan telur ayam yang terus meningkat, Quanta Farm membuka peluang kerja sama dan investasi bisnis di bidang peternakan ayam petelur, khususnya kepada masyarakat di Bogor.

“Setelah masa produktif ayam petelur sudah maksimal, daging bisa dikonsumsi, bahkan memiliki rasa yang sangat enak, terutama untuk diolah menjadi sop ayam,” ujar Kusnan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan