Peta jalan zakat nasional bertujuan untuk memperkuat peran zakat dan waqaf di Indonesia agar kontribusinya semakin terlihat dan berdampak.
Jakarta (Indonesia Window) – Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI, Waryono Abdul Ghafur, memaparkan sejumlah strategi untuk memaksimalkan potensi zakat yang mencapai 327 triliun rupiah.
Strategi tersebut dituangkan melalui program Gerakan Zakat Nasional dan Peta Jalan Zakat Menuju Indonesia Emas 2045, yang diharapkan mampu memperkuat peran zakat dalam pembangunan nasional.
“Tantangan zakat menuju Indonesia Emas 2045 adalah minimnya strategi untuk mencapai potensi zakat sebesar 327 triliun rupiah. Karenanya, perlu dibuat milestone (tonggak pencapaian) untuk mencapai target tersebut,” ujarnya secara virtual dalam kegiatan ‘Ruang Tengah Urun Rembuk Peta Jalan Zakat Nasional’ yang digelar Forum Zakat (FOZ), Jumat (24/5), dikutip dari situs jejaring Kementerian Agama RI di Jakarta, Ahad.
Langkah pertama yang disampaikan Waryono adalah peta muzakki atau orang yang memberikan zakatnya menggunakan harta kekayaan pribadi. Menurutnya, identifikasi yang tepat akan membantu mengarahkan zakat dari muzakki ke mustahik (penerima zakat) yang membutuhkan. “Kita perlu mengidentifikasi dan mendata para muzakki (pemberi zakat) untuk memastikan potensi zakat dapat dimaksimalkan,” ujarnya.
Langkah kedua, lanjut Waryono, adalah peta mustahik. “Dengan memetakan mustahik, kita dapat memastikan zakat disalurkan tepat sasaran dan tepat guna. Data Regsosek (Registrasi Sosial Ekonomi) dari Bappenas dapat digunakan untuk menentukan mustahik yang akan menerima dana zakat, infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya,” terangnya.
Strategi ketiga adalah peta SDM amil (pengumpul zakat). Langkah ini melibatkan pendeteksian kebutuhan dan potensi sumber daya manusia di sektor amil zakat untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalisme pengelola zakat. “Kompetensi amil dan nazir (pengelola zakat), khusus untuk pesantren, nanti akan menggunakan Dana Abadi Pesantren sebagai salah satu sumber pendanaannya,” ungkap Waryono.
Langkah terakhir adalah peta literasi. Menyusun peta literasi zakat bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya zakat dan ketepatan dalam mengelolanya. “Kami ingin zakat dan wakaf dijadikan satu kurikulum khusus di madrasah, sekolah, dan perguruan tinggi,” tutur Waryono.
Dia menekankan, strategi kolaborasi antar-stakeholder menjadi kunci utama dalam menyukseskan Gerakan Zakat Nasional. Pemerintah, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ), sektor swasta, dan masyarakat harus bekerja sama dalam merancang dan melaksanakan program-program zakat.
Sementara itu, Sekretaris Forum Zakat, Ivan Nugraha, mengatakan, peta jalan zakat nasional bertujuan untuk memperkuat peran zakat dan waqaf di Indonesia agar kontribusinya semakin terlihat dan berdampak. “Pemerintah telah menyusun Visi Indonesia Emas 2045 yang dituangkan dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional), dan nantinya dapat dijadikan patokan untuk menyusun peta jalan zakat,” pungkasnya.
Laporan: Redaksi