Jakarta (Indonesia Window) – Produsen poliester dan tekstil yang berbasis di Taiwan, Far Eastern New Century Corp. (FENC), telah mengembangkan bahan berbasis bio yang berasal dari ampas tebu, yang dapat digunakan dalam produksi masker wajah.
Perusahaan tersebut berencana untuk bekerja sama dengan pembuat masker domestik utama dalam menggunakan bahan alami ini untuk membuat masker wajah kelas menengah dan atas, kata FENC kepada Kantor Berita CNA baru-baru ini.
Sementara kualitas bahan serat berbasis bio ini dan serat sintetis berbasis minyak bumi serupa, bahan biodegradable (mudah terurai di alam) lebih mudah di kulit dan memiliki sifat menyerap air dan kelembaban yang baik, kata perusahaan itu.
Menurut FENC, penggunaan bahan berbasis bio tidak hanya dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan berbasis minyak bumi tradisional dalam produksi masker, tapi juga mengurangi emisi karbon hingga 60 persen.
Bahan biofiber dihargai sekitar 3 dolar AS (sekira 43.000 rupiah) per kilogram, sekitar tiga kali lipat dari bahan alternatif berbasis minyak bumi, kata FENC.
Meskipun harga lebih tinggi, beberapa pelanggan perusahaan di Jepang dan Eropa telah menyatakan minatnya pada bahan tersebut, kata seorang eksekutif senior di FENC yang menolak disebutkan namanya.
Selain masker wajah, biofiber juga dapat digunakan untuk memproduksi barang-barang seperti popok dan tisu alkohol, imbuhnya.
FENC adalah pemasok bahan baku terkemuka untuk produsen masker wajah di seluruh dunia. Tahun lalu, ia memasok sepertujuh dari total bahan dunia untuk produksi masker wajah.
Untuk membuat masker wajah yang lebih ramah lingkungan, FENC telah mengembangkan bahan serat unwoven (bukan tenunan) berbasis bio/biodegradable, termasuk polietilen hijau (PE) yang terbuat dari etanol tebu.
Masker wajah telah menjadi barang pribadi yang penting selama pandemik COVID-19. Namun, masker wajah yang dibuang memiliki dampak yang meningkat terhadap lingkungan.
Menurut laporan media internasional, 129 miliar masker wajah sekali pakai digunakan setiap bulan di seluruh dunia, setara dengan 540.000 ton limbah serat berbasis minyak bumi.
Untuk mengatasi masalah pembuangan dan limbah masker yang tidak tepat, bisnis Taiwan terus berupaya mengembangkan solusi berkelanjutan untuk melestarikan lingkungan, menurut Steven Chen,Kepala Asosiasi Industri Kain Bukan Tenunan Taiwan.
Upaya itu termasuk mengembangkan bahan biodegradable, mengurangi konsumsi produk petrokimia dan meningkatkan penggunaan serat alami, tambah Chen.
Laporan: Redaksi