Pertikaian di Gaza sangat merusak lahan dan infrastruktur pertanian, sehingga kian menyulitkan keluarga-keluarga untuk mengakses makanan bergizi.
Gaza, Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Menurut Biro Pusat Statistik Palestina, indeks harga konsumen di Gaza meningkat tajam sebesar 283 persen sejak Oktober 2023 hingga akhir September 2024 akibat perang.
Pada Kamis (24/10), Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan dalam platform media sosial X bahwa, dibandingkan tahun lalu, harga kentang di Gaza selatan dapat mencapai 5,7 kali lebih tinggi, sementara di Gaza utara harganya dapat mencapai 66,7 kali lebih mahal.
“Pertikaian di Gaza sangat merusak lahan dan infrastruktur pertanian, sehingga kian menyulitkan keluarga-keluarga untuk mengakses makanan bergizi. Meningkatnya inflasi pangan memberikan dampak kepada semua warga di sana,” urai organisasi PBB tersebut.
“Seperti yang Anda lihat, toko roti sudah tidak beroperasi. Warga biasanya mendapatkan roti setiap hari, tetapi seperti yang Anda lihat, tidak ada tepung atau bahan dasar untuk membuat roti. Toko roti itu biasanya mempekerjakan tujuh karyawan, tetapi karena penutupan tersebut, tidak ada lagi (yang bekerja),” tutur Pengungsi Palestina asal Khan Younis, Khalid al-Satari.
“Saya belum menerima tepung selama enam bulan, dan saya tidak memiliki tepung, dan tidak ada tepung di toko roti (lainnya). Saya tidak tahu lagi cara mengelola urusan harian saya, jadi saya harus mendapatkan makanan dari tetangga atau warga lainnya. Ada kelaparan di utara, tetapi kini kelaparan mengancam selatan,” lanjutnya.
Menurut al-Satari, bahkan harga barang pun menjadi mahal, seperti satu siung bawang putih seharga sekitar tiga dolar AS dan harga bayam mencapai lebih dari satu setengah dolar AS.
“Jika situasi ini terus berlanjut, kami akan menderita kelaparan yang nyata, terutama mengingat langkanya makanan dan tidak tersedianya makanan di pasar,” ujarnya.
Banyak pengungsi di daerah kantong itu bertahan hidup berkat bantuan yang diberikan oleh organisasi-organisasi internasional dan bantuan saat perang antara Israel dan Hamas memasuki tahun kedua.
Namun, pasokan bantuan kerap kali dicuri oleh sejumlah pria bersenjata tak dikenal di jalan yang menghubungkan perlintasan Kerem Shalom di Rafah dengan area-area lainnya di Jalur Gaza.
Di Gaza, lebih dari 1 juta orang tidak menerima jatah makanan pada Agustus, dan jumlah itu naik menjadi lebih dari 1,4 juta pada September, ujar Komisaris Jenderal Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina di Kawasan Timur Tengah (UNRWA) Philippe Lazzarini di platform media sosial X pada awal Oktober.
“Lebih dari 100.000 metrik ton pasokan makanan tertahan di luar Gaza akibat pembatasan akses, rasa tidak aman, jalanan yang hancur, serta rusaknya hukum dan ketertiban,” urai pejabat PBB tersebut.
“Lagi-lagi, kelaparan menyebar di Gaza. Ini sepenuhnya merupakan ulah manusia,” kata Lazzarini. “Memilih perdamaian sebagai jalan untuk melangkah maju merupakan pilihan bagi mereka yang berani, inilah saatnya,” imbuhnya.
*1 dolar AS = 15.629 rupiah
Laporan: Redaksi