Jakarta (Indonesia Window) – Produsen mobil listrik Tesla mempublikasikan data yang menunjukkan perkiraan peningkatan permintaan grafit alam sebesar 154 persen setiap tahun, menjadikan mineral berkomposisi karbon ini sebagai bahan galian paling diburu di masa mendatang.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, Koordinator Kelompok Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Batu Bara pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Slamet Handoko, menjelaskan grafit merupakan bahan baku utama anoda baterai yang umum digunakan pada peralatan elektronik, seperti telepon seluler, laptop dan kendaraan listrik.
Material tersebut berkinerja tinggi dan memiliki kapasitas pengisian cepat dan umur yang panjang.
Saat ini, sekitar 83 persen pasokan grafit alam dunia berasal dari China dan Brazil. Namun tidak semua grafit alam dapat digunakan sebagai anoda baterai, karena tergantung pada kemurnian dan kualitas ukuran kristalnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibuat grafit sintetik yang memiliki kemurnian dan ukuran kristal homogen.
Biaya proses pembuatan grafit sintetik secara konvensional dari minyak bumi masih mahal, mencapai 10 kali biaya pengolahan grafit alam.
Walaupun harga grafit sintetik melangit, proporsi pemakaian grafit sintetik sebagai anoda baterai tidak berkurang.
Maka, untuk menekan biaya produksi, biasanya grafit sintetik dicampur dengan grafit alam olahan (spherical graphite).
“Per tahun 2014 proporsi grafit sintetik mencapai 33-40 persen dan diprediksi terus meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan baterai mobil listrik,” kata Slamet.
Penelitian grafit sintetik perlu dilakukan untuk mengantisipasi ledakan permintaan, apalagi Indonesia tidak memiliki tambang grafit alam yang ekonomis.
Batubara peringkat rendah di Indonesia sangat berlimpah dan potensinya cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai prekursor karbon dalam pembuatan anoda baterai.
Batu bara peringkat rendah di Indonesia sangat berlimpah dan potensinya cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai prekursor karbon dalam pembuatan anoda baterai.
Pada umumnya, batu bara menghasilkan senyawa hidrokarbon ketika dibakar dengan oksigen dan menghasilkan panas.
Namun jika batubara dipanaskan pada kondisi tanpa oksigen, akan didapatkan hidrokarbon dalam bentuk ter batu bara yang dapat diolah lebih lanjut menjadi pitch.
Proses pembuatan ter batubara ini dikenal sebagai pirolisis, sementara proses pengolahan ter menjadi pitch biasanya melalui distilasi. Kedua proses ini telah diteliti dan dikuasai oleh para peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Walau demikian, tidak semua bagian dari pitch tersebut dapat dijadikan grafit sintetik sehingga perlu proses modifikasi dan ekstraksi menggunakan pelarut.
Hanya sekitar 30-40 persen dari pitch yang dapat diekstrak dan kemudian dapat dijadikan prekursor karbon untuk pembuatan grafit sintetik.
Produk hasil ekstraksi sering juga disebut sebagai mesophase pitch, karena mengandung 100 persen karbon yang dapat dikonversi menjadi grafit.
Laporan: Redaksi