Jakarta (Indonesia Window) – Saat ini, perkembangan ekonomi digital dan industri 4.0 Indonesia merupakan yang tercepat di Asia Tenggara.
“Ekonomi digital dan industri 4.0 Indonesia tercepat di Asia Tenggara. Indonesia memiliki sekitar 2.193 start-up, kelima terbesar di dunia. Indonesia memiliki lima unicorn dan telah memiliki 1 decacorn,” ujar Presiden Joko Widodo dalam sambutannya secara virtual pada pembukaan pameran Jerman, Hannover Messe 2021 dari Istana Negara, Jakarta pada Senin (12/4).
Pada acara internasional ersebut, Indonesia dipilih sebagai negara mitra (official partner country), menjadikannya satu-satunya negara ASEAN yang memperoleh kehormatan tersebut.
Dalam sambutannya, presiden menekankan bahwa pada tahun 2025 mendatang, industri 4.0 Indonesia diperkirakan akan berkontribusi pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 133 miliar dolar AS.
Dengan 185 juta penduduk yang telah terhubung layanan internet, atau terbesar keempat dunia, kemajuan industri tersebut akan mengantarkan Indonesia menuju sepuluh besar kekuatan ekonomi global di tahun 2030 mendatang.
Terkait hal tersebut, Indonesia mengajak Jerman untuk bermitra dan bersama-sama mewujudkan transformasi digital di Indonesia.
Kepala Negara menambahkan, Indonesia sendiri telah menyiapkan peta jalan ‘Making Indonesia 4.0’ yang telah diluncurkan pada 2018.
Ada tiga hal utama yang menjadi kekuatan Indonesia dalam mewujudkan pengembangan industri 4.0.
“Pertama, di era industri 4.0 penguatan SDM (sumber daya manusia) adalah kebutuhan. Indonesia memiliki bonus demografi, yang pada tahun 2030, jumlah usia produktif di Indonesia tumbuh dua kali lipat,” ujarnya.
Tantangannya adalah, menurut kepala negara, adalah menyiapkan SDM yang mampu menghadapi masa depan yang akan diisi oleh teknologi digital seperti big data, artificial intelligence, dan Internet of Things.
“Saya yakin, Jerman dapat mendukung penguatan SDM Indonesia melalui pengembangan pendidikan vokasi, penguatan riset, dan penguatan universitas berbasis teknologi,” ujarnya.
Kedua, iklim investasi yang mendukung pengembangan industri 4.0. Pembenahan iklim investasi membutuhkan reformasi structural, yang salah satunya dilakukan melalui Undang-Undang Cipta Kerja, jelas Presiden Jokowi.
Ketiga, investasi pada pembangunan hijau yang menurut World Economic Forum (Forum Ekonomi Dunia) memiliki potensi bisnis sebesar 10,1 triliun dolar AS dengan peluang membuka 395 juta lapangan kerja baru hingga 2030.
Menurut presiden, kemitraan Indonesia dan Jerman untuk pembangunan hijau di masa depan juga merupakan salah satu prioritas kerja sama.
Pada Hannover Messe yang digelar pada 12-16 April 2021 tersebut, Indonesia menghadirkan 156 kementerian dan lembaga, Badan Usaha Milik Negara, perguruan tinggi, dan perusahaan swasta nasional.
Laporan: Redaksi