Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu disalahkan karena membentuk pemerintahan ekstrem kanan berisi menteri-menteri propemukim yang mengabaikan hak-hak warga Palestina dan berkontribusi pada meningkatnya kemarahan serta frustrasi di kalangan warga Palestina, faktor yang menjadi penyebab serangan baru-baru ini.
Yerusalem/Gaza (Xinhua) – Kabinet Israel mengumumkan “keadaan perang” pada Ahad (8/10) menyusul serangan mendadak besar-besaran yang dilancarkan Hamas menewaskan sedikitnya 700 orang di Israel sejauh ini. Sementara itu, serangan udara balasan Israel menewaskan sedikitnya 413 orang di Gaza.
Serangan udara ekstensif terus dilancarkan militer Israel ke sejumlah target di Gaza pada Ahad, di saat para militan Hamas bertempur dengan tentara Israel di wilayah Israel.
Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (Israel Defense Forces/IDF) Daniel Hagari mengungkapkan bahwa militan Hamas masih menguasai beberapa lingkungan permukiman di Israel selatan pada Ahad malam, ketika tentara IDF terlibat baku tembak dengan militan tersebut.
Zaka, sebuah layanan penyelamatan Israel, mengungkapkan dalam pernyataannya bahwa pihaknya sejauh ini telah mengumpulkan jasad sekitar 260 pria dan wanita muda yang menghadiri Festival Nova, sebuah acara musik luar ruangan yang digelar di daerah pertanian pedesaan dekat pagar perbatasan Gaza-Israel.
Banyak pengunjung festival itu dinyatakan hilang pada Ahad malam. Media sosial pun dibanjiri orang-orang yang berusaha mencari kerabat dan teman mereka usai militan Hamas menyerbu festival itu dan lokasi-lokasi lain di daerah tersebut sebagai bagian dari serangan mendadak besar-besaran terhadap Israel yang melibatkan penembakan ribuan roket.
Sementara itu, Jihad Islam Palestina (PIJ), sebuah kelompok militan yang beroperasi di wilayah Palestina, juga bergabung dengan Hamas dan melancarkan serangan terhadap Israel.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada Ahad, Ziad al-Nakhalah, Sekretaris Jenderal PIJ, menyatakan bahwa kelompok tersebut telah menyandera 30 warga Israel dan mengancam tidak akan melepaskan mereka kecuali para tahanan Palestina juga dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Di luar Gaza, pasukan Israel dan milisi Hizbullah Lebanon yang didukung Iran pada Ahad terlibat baku tembak artileri dan roket.
Hizbullah menyatakan solidaritasnya terhadap Hamas dan mengklaim bertanggung jawab atas serangan roket dari Lebanon tenggara yang menyasar wilayah-wilayah yang diduduki Israel.
Di Provinsi Alexandria, Mesir utara, dua warga negara Israel dan seorang pemandu wisata lokal Mesir yang bekerja untuk mereka tewas saat sedang melakukan tur kelompok wisata setelah sejumlah petugas keamanan setempat melepaskan tembakan kepada mereka.
Sebagai bentuk dukungan kepada Israel, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin pada Ahad mengumumkan bahwa sejumlah kapal dan pesawat militer akan dimobilisasi lebih dekat ke Israel.
Sebuah artikel editorial di surat kabar Ha’aretz pada Ahad mengkritik pasukan keamanan Israel atas apa yang dianggapnya sebagai “kegagalan intelijen dan militer.”
Editorial tersebut juga menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena membentuk pemerintahan ekstrem kanan berisi menteri-menteri propemukim yang mengabaikan hak-hak warga Palestina dan berkontribusi pada meningkatnya kemarahan serta frustrasi di kalangan warga Palestina, faktor yang menjadi penyebab serangan baru-baru ini.
Para analis Israel meyakini bahwa Hamas telah merencanakan operasi militer ini dengan matang. Yoel Guzansky, seorang peneliti senior di Israel Institute for National Security Studies, mengatakan kepada Xinhua bahwa persiapan Hamas untuk operasi militer ini “diperkirakan memakan waktu beberapa bulan.”
Selain itu, Israel merayakan berbagai festival Yahudi, termasuk Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi), Yom Kippur, dan Sukkot, sejak pertengahan September. Serangan baru-baru ini terjadi di tengah musim liburan Israel, saat level kewaspadaan Israel cenderung menurun, kata Eyal Pinko, seorang peneliti senior di Begin-Sadat Center for Strategic Studies Israel.
Analis militer Israel, Avi Benayahu, menilai bahwa babak baru konflik saat ini sangat berbeda dari konflik-konflik sebelumnya yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, mengingat militan yang berbasis di Gaza saat ini juga menyandera sejumlah besar warga sipil dan tentara Israel, yang berpotensi memengaruhi skala balasan Israel.
Laporan: Redaksi