“Temuan penelitian tersebut memberikan sumber daya plasma nutfah baru dan dukungan ilmiah untuk semakin memajukan penyempurnaan genetik dan budi daya domba China ras unggul baru, serta mempromosikan industri plasma nutfah di China.”
Jakarta (Indonesia Window) – Tim ilmuwan China berhasil membiakkan domba unggul yang berbulu halus dan berekor pendek melalui penyuntingan gen, yang pertama dari jenisnya di dunia.
Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Genome Research pada Kamis (11/8) dalam sebuah artikel berjudul ‘Genomic analyses of Pamir argali, Tibetan sheep and their hybrids provide insights into chromosome evolution, phenotypic variation, and germplasm innovation’ atau ‘Analisis genom terhadap Pamir argali, domba Tibet, dan perpaduannya memberikan wawasan tentang evolusi kromosom, variasi fenotipe, dan inovasi plasma nutfah’.
Liu Mingjun, seorang peneliti dari Akademi Ilmu Hewan Xinjiang, mengatakan bahwa panjang ekornya merupakan salah satu karakteristik khas dari ras domba domestik.
Ekor yang panjang mudah menyebabkan penyakit menular, yang memengaruhi perkawinan alami dan mengurangi tingkat reproduksi. Kualitas wol dari domba berbulu halus juga berkurang akibat polusi, sehingga domba berekor panjang membutuhkan pemotongan ekor saat proses kelahiran, jelas Liu.
“Pemotongan ekor menghabiskan tenaga dan sumber daya material, dan domba juga dapat mengalami infeksi dalam proses tersebut, yang dapat menghambat pertumbuhan mereka dan bahkan menyebabkan kematian. Memelihara ras domba berekor pendek yang unggul dan tidak memerlukan pemotongan ekor adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam pembiakan domba di dunia,” lanjut Liu.
China memiliki persediaan 173 juta ekor domba, menyumbangkan 13,5 persen terhadap total global.
Temuan penelitian tersebut memberikan sumber daya plasma nutfah baru dan dukungan ilmiah untuk semakin memajukan penyempurnaan genetik dan budi daya domba ras baru, serta mempromosikan industri plasma nutfah di China, kata Li Menghua, profesor dari Universitas Pertanian China, yang juga merupakan anggota tim peneliti itu.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi