Banner

UNAIDS laporkan 630.000 kematian terkait AIDS pada 2023

Orang-orang ambil bagian dalam peluncuran World Aids Day Half Marathon di Nairobi, ibu kota Kenya, pada 30 Oktober 2024. (Xinhua/John Okoyo)

Penyakit yang berhubungan dengan AIDS merenggut 630.000 nyawa pada 2023, sementara 1,3 juta orang di seluruh dunia merupakan penderita baru HIV.

 

Jenewa, Swiss (Xinhua/Indonesia Window) – Sebuah laporan baru dari Program Gabungan PBB untuk HIV dan AIDS (UNAIDS) pada Selasa (26/11) mengungkapkan bahwa penyakit yang berhubungan dengan AIDS merenggut 630.000 nyawa pada tahun lalu, sementara 1,3 juta orang di seluruh dunia merupakan penderita baru HIV.

Laporan Hari AIDS Sedunia 2024 menekankan pentingnya mengambil “jalan yang benar dalam mengakhiri AIDS” dan menegaskan kembali komitmen global untuk menghapuskan AIDS sebagai ancaman kesehatan masyarakat pada 2030.

Menurut laporan tersebut, sekitar 39,9 juta orang di seluruh dunia hidup dengan HIV pada 2023, bertambah 900.000 orang dibandingkan pada 2022. Meskipun ada kemajuan dalam pengobatan, 9,3 juta orang masih tidak memiliki akses terhadap perawatan yang dapat menyelamatkan jiwa, dan jumlah infeksi baru HIV tercatat meningkat di sedikitnya 28 negara.

Penyakit yang berhubungan dengan
Orang-orang memegang lilin dan pita merah dalam sebuah acara yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang AIDS di University of South China di Hengyang, Provinsi Hunan, China tengah, pada 29 November 2023. (Xinhua/Cao Zhengping)

Laporan itu menyoroti kesenjangan gender yang mencolok di antara kaum muda. Tahun lalu, 570 wanita muda dan anak perempuan berusia 15 hingga 24 tahun terinfeksi HIV setiap harinya. Di 22 negara di Afrika bagian timur dan selatan, perempuan dalam kelompok usia ini memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar untuk hidup dengan HIV dibandingkan laki-laki.

Banner

Direktur Eksekutif UNAIDS Winnie Byanyima menekankan bahwa pelanggaran hak asasi manusia (HAM), termasuk hambatan terhadap pendidikan bagi wanita muda dan impunitas terhadap kekerasan berbasis gender, terus menjadi penghalang dalam kemajuan pemberantasan AIDS. “Untuk melindungi kesehatan setiap orang, kita harus melindungi hak-hak setiap orang,” katanya.

Alexandra Calmy, kepala layanan perawatan HIV di Rumah Sakit Universitas Jenewa, menggarisbawahi urgensi untuk menyediakan pilihan terapeutik dan pencegahan inovatif yang dapat diakses secara universal.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan