Banner

Dokter di Jerman gelar aksi mogok, protes beban kerja berlebih

Seorang tenaga kesehatan (kiri) menerima vaksin COVID-19 di rumah sakit Universitas Essen di Essen, Jerman, pada 18 Januari 2021. (Xinhua/Tang Ying)

Penyakit pernapasan di Jerman sedang mengalami peningkatan, tercatat hampir 9 juta kasus infeksi virus tercatat baru-baru ini, dengan satu dari tiga kasus disebabkan oleh subvarian SARS-CoV-2.

 

Berlin, Jerman (Xinhua) – Ribuan tempat praktik dokter di seluruh Jerman akan tetap tutup selama sepekan antara Natal dan Tahun Baru menyusul pengumuman rencana aksi mogok, di saat penyakit pernapasan di negara itu sedang mengalami peningkatan.

“Di mana pun Anda jumpai, hampir semua tempat praktik dokter saat ini memikul beban kerja berlebih,” kata Dirk Heinrich, ketua federal asosiasi Virchowbund, ketika aksi mogok kerja diumumkan sepekan lalu. Asosiasi Virchowbund mewakili kepentingan semua dokter yang terdaftar dan dokter rawat jalan di negara tersebut.

Jerman mengalami gelombang penyakit pernapasan pada Desember, dengan jumlah pasien yang terserang flu dan respiratory syncytial virus (RSV) khususnya mengalami peningkatan. Menurut data dari Robert Koch Institute (RKI), badan yang bertanggung jawab untuk pengendalian penyakit menular di Jerman, satu dari 10 orang di negara itu telah jatuh sakit sebelum Natal.

Jumlah infeksi COVID-19 di Jerman juga meningkat, dengan warga lansia menjadi kelompok yang paling terdampak. Dari hampir 9 juta kasus infeksi virus baru-baru ini, satu dari tiga kasus disebabkan oleh subvarian SARS-CoV-2, tunjuk data dari RKI.

Banner
Penyakit pernapasan di Jerman
Seorang pria menjalani tes COVID-19 di sebuah pos pengujian di Berlin, ibu kota Jerman, pada 24 Maret 2022. (Xinhua/Stefan Zeitz)

“Sulit dimengerti ada seruan untuk menutup praktik di saat banyak orang jatuh sakit,” kritik Eugen Brysch, Ketua Yayasan Jerman untuk Hak Pasien, seraya menekankan bahwa aksi mogok para dokter ini “secara khusus akan berdampak pada lansia dan warga yang rentan.”

Meski demikian, Virchowbund berpendapat bahwa “kekurangan dana yang sistematis” telah memperparah masalah kurangnya tenaga spesialis dalam praktik medis.

Menurut sebuah studi terbaru oleh PwC (Jerman), kekurangan tenaga profesional terampil di bidang layanan kesehatan di negara itu kemungkinan meningkat menjadi 1,8 juta pada 2035. Banyak yang ingin beralih profesi, sementara hanya satu dari tiga dokter yang memperkirakan akan tetap berprofesi sebagai dokter hingga pensiun.

“Permintaan untuk profesi medis sudah diketahui dengan baik, tidak perlu disampaikan lagi,” ujar Menteri Kesehatan Jerman Karl Lauterbach kepada lembaga penyiaran publik RBB, seraya menyampaikan bahwa reformasi sedang terus diupayakan.

Laporan: Redaksi

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan