Banner

Feature – Dokter Indonesia tingkatkan keahlian penanganan penyakit kardiovaskular di rumah sakit China

Foto yang diabadikan pada 5 Desember 2025 ini menunjukkan Fadli Ilhami (kanan), dokter muda asal Indonesia, mengamati dan mempelajari operasi ‘percutaneous coronary intervention’ (PCI) di Universitas Lanzhou di Lanzhou, Provinsi Gansu, China barat laut. (Xinhua/Guo Gang)

Penyakit kardiovaskular di Indonesia menewaskan sekitar 500.000 orang setiap tahun. Salah satu penyebab tingginya angka kematian adalah kekurangan dokter spesialis jantung yang terlatih dalam kardiologi intervensional.

 

Lanzhou, China (Xinhua/Indonesia Window) – Mengenakan jas dokter dan masker medis, trainee asal Indonesia, Fadli Ilhami (32), mengikuti instruksi dokter China, Bai Ming, saat mempelajari cara mengoperasikan angiografi koroner.

Fadli merupakan salah satu dari sembilan dokter Indonesia yang tiba di Lanzhou, Provinsi Gansu, China barat laut, pada Maret lalu untuk mengikuti program fellowship dan pelatihan spesialis medis selama satu tahun, yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Rumah Sakit Pertama Universitas Lanzhou.

Menurut pemerintah Indonesia, penyakit kardiovaskular menewaskan sekitar 500.000 orang setiap tahun di Indonesia. Salah satu penyebab tingginya angka kematian adalah kekurangan dokter spesialis jantung yang terlatih dalam kardiologi intervensional.

Fadli mengatakan dia mendapat kesempatan berharga untuk melanjutkan studi karena dirinya dapat menangani berbagai kasus yang berbeda di Lanzhou, dan menjadi lebih percaya diri dalam melakukan intervensi koroner perkutan (percutaneous coronary intervention/PCI).

Banner

“Saat ini saya sedang menjalani pelatihan di bidang kardiologi intervensional, jadi tujuan utama saya di sini adalah untuk melakukan PCI dengan percaya diri, baik dalam kasus darurat maupun elektif. Saya sangat termotivasi untuk menguasai PCI, dengan visi yang jelas untuk menjadi seorang ahli berpengalaman di bidang ini,” ungkap Fadli.

Menurut Bai Ming, wakil presiden di Rumah Sakit Pertama Universitas Lanzhou sekaligus pakar terkemuka dalam penanganan penyakit kardiovaskular, timnya secara konsisten telah melakukan penelitian mendalam dan praktik ekstensif di bidang kardiologi intervensional dalam jangka waktu yang panjang. Pusat Penyakit Jantung (Heart Center) di rumah sakit tersebut menjadi pusat perawatan kardiovaskular utama di China barat laut, dilengkapi dengan delapan laboratorium kateterisasi (cath lab) modern dan melakukan lebih dari 20.000 prosedur bedah setiap tahun, dengan fokus khusus pada penanganan kasus-kasus yang berat dan kompleks.

“Kami telah menyiapkan mentor berpengalaman untuk bimbingan per individu, menggabungkan teori dan praktik guna meningkatkan keterampilan spesialis para peserta pelatihan,” papar Bai. Dia juga menambahkan bahwa tujuan program ini adalah melatih mereka untuk menguasai aspek diagnostik dan terapeutik dari prosedur intervensi kardiovaskular.

Santi Putri Ramdhani (40), yang juga salah satu peserta pelatihan asal Indonesia, bertekad untuk melanjutkan studi di Rumah Sakit Pertama Universitas Lanzhou. Santi sangat yakin bahwa studi lanjutannya di China merupakan prioritas utamanya.

“Sudah banyak kasus yang saya tangani di rumah sakit ini. Semua mentor kami sangat suportif dan murah hati dalam berbagi ilmunya, termasuk keterampilan teknis, penilaian klinis, dan pengambilan keputusan,” tutur Santi.

Santi yakin dirinya mampu melakukan prosedur tersebut di Indonesia saat dia kembali nanti, setelah menghabiskan satu tahun untuk pelatihan lanjutan.

Banner

Xu Jizhe, associate chief physician di rumah sakit tersebut sekaligus mentor program pelatihan, menawarkan teori dasar dan teknologi inti untuk prosedur PCI kepada para peserta pelatihan. Dia mengatakan bahwa sesuai dengan persyaratan pelatihan, setiap peserta pelatihan perlu mengikuti dan mempelajari 300 kasus prosedur intervensi kardiovaskular, dan hingga saat ini mereka telah menyelesaikan lebih dari 200 kasus.

“Kami sungguh berterima kasih kepada para dokter China. Mereka sangat profesional dan sabar. Mereka tidak hanya mengajarkan kami ilmu medis yang sangat bermanfaat, tetapi juga memperlakukan kami seperti keluarga, yang sangat berarti bagi kami,” ujar Hariman, seorang peserta pelatihan asal Indonesia.

Mulai dari prosedur mendasar, seperti persiapan praoperasi dan pembersihan serta disinfeksi permukaan kulit pasien, hingga intervensi teknologi canggih termasuk pemasangan stent jantung, Hariman secara bertahap menguasai teknik-teknik tersebut.

Hariman menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada tim mentor dan menyampaikan harapannya agar program klinik bagi dokter-dokter Indonesia dapat lebih banyak lagi di masa mendatang, karena program semacam ini merupakan langkah krusial dalam upaya mengurangi angka kematian akibat penyakit kardiovaskular.

“Tiga bulan lagi, saya akan pulang. Saat ini, saya semakin menghargai setiap momen pekerjaan dan kehidupan saya di China,” kata Fadli, seraya menambahkan bahwa dirinya telah menyiapkan serangkaian layanan untuk menyelamatkan pasien.

Para peserta pelatihan mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka berharap dapat menangani pasien yang mengidap penyakit kardiovaskular setelah kembali ke tanah air dengan teknik-teknik medis yang mereka pelajari di China, dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan