Pengusaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus dibantu agar tidak lagi menjadi pengusaha musiman seperti saat bulan Ramadhan.
Jakarta (Indonesia Window) – Wirausahawan Muslim Indonesia diharapkan tidak selalu menjadi pengusaha musiman seperti saat bulan Ramadhan, kata Achmad Iqbal, Kepala Divisi Percepatan & Kemitraan Bisnis Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah.
“Kalau masyarakat kita ingin berbuka puasa di bulan Ramadhan biasanya mencari warung yang terdekat dengan rumahnya untuk membeli makanan dan minuman dari penjual yang kebanyakan adalah para pengusaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),” kata Achmad Iqbal di Muslim LifeFair beberapa waktu lalu.
Menurut Achmad, para pengusaha UMKM yang sebagian peserta Muslim LifeFair (Pameran Bisnis Industri Konsumen Syariah di Indonesia) yang berlangsung baru-baru ini harus dibantu agar tidak lagi menjadi pengusaha musiman.
Achmad menjelaskan, secara umum terdapat empat aspek yang menjadi permasalahan bagi UMKM di Indonesia yaitu akses pasar, penguatan kualitas dan kuantitas produk dan kontinuitas produksi serta legalitas dan pembiayaan.
Namun, tidak mudah untuk menyelesaikan masalah ini, oleh karena itu harus ada kerjasama semua pihak, katanya seraya menambahkan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tetapi harus bekerja sama dengan usaha besar, menengah, kecil dan mikro serta tutor, perusahaan. agen dan universitas.
“Untuk membantu mereka, kita harus bersinergi dan berkolaborasi dalam beberapa hal. Sinergi kapasitas pengusaha UMKM harus kita perkuat melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan,” ujarnya.
“Kemudian harus ada sinergi dalam hal inklusi pembiayaan. Kita harus membantu pengusaha UMKM dengan memberikan pendampingan dan mencari mitra untuk kerjasama pembiayaan,” ujarnya.
“Kita juga harus bersinergi dalam hal pemasaran, digitalisasi, termasuk sinergi kemitraan. Dan kemudian kami sekarang mengoptimalkan layanan digital,” katanya.
Ia mencontohkan, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah bersama beberapa kementerian dan lembaga telah melakukan beberapa inisiatif dalam hal pembiayaan dan pemasaran.
“Saat ini kami sedang mendorong pendanaan super syariah, di mana pengusaha UMKM memiliki kesempatan untuk menerbitkan saham dan sukuk (obligasi syariah). Investor juga sudah mulai tertarik pada usaha kecil dan menengah,” imbuhnya.
Hingga 2022, sudah ada 91 UMKM yang telah menerbitkan saham dan sukuk dengan nilai sekitar 185,69 miliar rupiah, kata Achmad.
Pada kesempatan yang sama Ketua Umum Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) Rachmat Marpaung mengatakan Muslim LifeFair tahun ini bisa membangkitkan semangat ber-muamalah sesuai tuntunan Rasulullah (shalallahu ‘alaihi wa salam), meningkatkan skala bisnis pelaku UKM/UMKM dan memperkuat ekosistem bisnis halal di Indonesia.
Muslim LifeFair yang merupakan pameran Business to Consumer Industri Islami di Indonesia adalah bentuk komitmen pelaku bisnis halal untuk mewujudkan misi Indonesia menjadi pusat produsen halal dunia (Indonesian Global Halal Hub 2024).
Terkait dengan harapan agar UMKM mendapat bantuan dan dukungan, Ikatan Usaha Kecil Menengah Indonesia (ISMEA) menyelenggarakan bazaar bekerja sama dengan Pusat Grosir Cililitan di PGC Jakarta Timur, selama dua hari (1-2 Juli 2023), setelah terhenti selama dua tahun karena pandemik COVID-19.
“Kerjasama ini semakin memperkuat brand lokal dan warisan budaya nusantara dengan harapan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) semakin mengintensifkan produk budaya asli Indonesia,” kata Ketua ISMEA Dr Endang Rudiatin, Sabtu (1/7).
Menurutnya, sejak didirikan pada 2016, ISMEA berkomitmen untuk memajukan produk lokal dan warisan budaya.
Dalam talkshow (gelar wicara) kuliner ISMEA pada Sabtu (1 Juli), Endang memberikan edukasi tentang cara mengolah makanan halal serta tata cara mendaftarkan diri bagi UMKM.
UMKM di Indonesia sebagian besar bergerak di sektor kuliner siap saji, ujarnya seraya menambahkan bahwa penting bagi mereka untuk memahami tata cara pengolahan makanan halal berdasarkan standar syariat Islam.
Acara tersebut terlaksana atas kerja sama dengan panitia penyelenggara Festival Betawi yang memilih Abang dan None Cilik Jakarta.
Keunikan masakan Indonesia merupakan salah satu kekayaan yang terus berkembang dengan berbagai modifikasi dan variasinya. Beberapa jenis kuliner nusantara dan juga kuliner wisata banyak diminati oleh orang asing sebagai produk ekspor
Endang berharap melalui ISMEA, UMKM dapat didorong untuk menciptakan produk kuliner daerah unggulan sehingga mampu bersaing dengan produk luar negeri, terutama yang memiliki potensi ekspor.
“Mengelola UMKM memang tidak mudah, tetapi merupakan aset negara sehingga sering digadang-gadang sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia,” jelasnya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Juni 2022, terdapat 11.223 usaha kuliner yang tersebar di seluruh Indonesia pada 2020.
UMKM bisa berkembang di segmennya, kemudian menciptakan lapangan kerja lebih banyak dan perekonomian masyarakat diharapkan berputar lebih baik, kata Endang.
Laporan: Redaksi