Pengungsi Palestina yang berkumpul di Gaza selatan menghadapi peningkatan ancaman epidemi dan penyakit menular karena tentara Israel terus menggempur daerah kantong tersebut sejak konflik Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober.
Gaza, Palestina (Xinhua) – Ribuan pengungsi Palestina yang berkumpul di Gaza selatan menghadapi peningkatan ancaman epidemi dan penyakit menular karena tentara Israel terus menggempur daerah kantong tersebut sejak konflik Hamas-Israel pecah pada 7 Oktober.
Menurut Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza, tim medis di kamp-kamp pengungsi telah menangani 325.000 kasus penyakit menular, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya bencana kesehatan.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperingatkan bahwa situasi kesehatan di tempat-tempat penampungan di Gaza selatan sangat memprihatinkan, dengan ribuan pengungsi menghadapi bahaya kematian akibat penyebaran epidemi dan penyakit menular, malnutrisi, kekurangan air minum, serta kebersihan individu yang buruk.
Saat ini, sekitar 120.000 kasus infeksi pernafasan akut dan 86.000 kasus diare telah dilaporkan, sebut WHO, yang menambahkan bahwa terdapat juga kasus penyakit kuning, campak, dan meningitis.
Marwan Al-Hams, kepala Komite Darurat Kesehatan di Gaza, memperingatkan bahwa peningkatan risiko epidemi terjadi bersamaan dengan kolapsnya sistem kesehatan di Jalur Gaza.
“Kami sedang melihat gejala-gejala masalah pencernaan, demam tinggi, wabah penyakit kulit, infeksi pernafasan termasuk flu dan pilek, serta penyebaran campak di kalangan anak-anak di tempat penampungan sementara setiap harinya,” kata Al-Hams.
Menurut perkiraan PBB, hampir 1,9 juta orang di Gaza, atau sekitar 85 persen dari total populasi, menjadi pengungsi, dan sebagian bahkan telah beberapa kali mengungsi.
Puluhan ribu pengungsi yang sampai ke Rafah, kota yang terletak di ujung selatan Gaza, kini harus menghadapi kondisi yang sangat padat, baik di dalam maupun luar tempat penampungan, ungkap Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA).
Karena kurangnya jumlah toilet, semakin banyak pengungsi yang buang air besar di tempat terbuka, sehingga menimbulkan kekhawatiran penyebaran penyakit, terutama pada musim hujan dan saat terjadi banjir, kata OCHA.
Suhayb Al-Hams, direktur Rumah Sakit Khusus Kuwait di Rafah, mengatakan bahwa ruang gawat darurat di rumah sakit tersebut telah menerima lebih dari 1.000 kasus akibat penyebaran penyakit, termasuk penyakit pernafasan, diare, virus hepatitis, berbagai penyakit kulit, demam tinggi, dan meningitis.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pihaknya menampung sekitar 1,3 juta pengungsi di 154 fasilitas yang terdapat di seluruh penjuru Gaza, termasuk lebih dari 1,1 juta pengungsi di 97 tempat penampungan di wilayah tengah dan selatan. Angka ini sembilan kali lipat dari kapasitas yang direncanakan badan tersebut.
Kekhawatiran semakin besar terhadap kelompok-kelompok rentan yang tinggal di tempat penampungan, termasuk penyandang disabilitas, wanita hamil, wanita yang baru melahirkan atau menyusui, pasien yang baru pulih dari cedera atau operasi, serta orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Sementara itu, Gaza Municipality Union memperingatkan soal penumpukan sampah di lingkungan tempat tinggal di tengah tantangan berat yang dihadapi tim-tim pengurus kota dalam mengumpulkan sampah akibat serangan udara Israel dan kekurangan bahan bakar.
Tim-tim tersebut menghadapi pembatasan dalam mengakses lokasi pembuangan sampah utama di pinggiran Gaza, yang setiap hari menghasilkan 2.000 ton limbah, sehingga menimbulkan ancaman bahaya kesehatan dan bencana lingkungan yang signifikan.
Laporan: Redaksi