Pengembangan kereta EMU Fuxing berkecepatan 350 km per jam berarti bahwa kecepatan operasional tertinggi kereta cepat di dunia saat itu harus ditingkatkan dari sekitar 300 km per jam menjadi 350 km per jam.
Changchun, China (Xinhua) – Setelah penantian selama beberapa tahun, Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) diresmikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, yang akrab disapa Jokowi, pada awal Oktoer ini dan baru-baru ini diresmikan operasinya oleh pemimpin China dan Indonesia. Di saat banyak warga Indonesia antusias untuk menjajal kereta cepat itu, sejumlah mahasiswa Indonesia yang berkuliah di China turut menceritakan pengalaman mereka saat menumpang kereta cepat di China, mengingat KCJB sepenuhnya mengadopsi teknologi dan standar yang telah lama diterapkan di kereta cepat China.
“Kereta cepat merupakan moda transportasi yang paling stabil,” ucap Avdul Harin (23), seorang mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Fakultas Seni Universitas Jilin di Changchun, China timur laut. Changchun adalah salah satu tempat lahirnya kereta cepat peluru Fuxing buatan China.
Pengalaman pertamanya naik kereta cepat adalah saat melakukan perjalanan dari Beijing ke Shanghai pada 2021 lalu. “Perjalanannya sangat mulus dan nyaman,” ujar Avdul Harin. Tidak ada satu pun barang di meja yang jatuh, dan dirinya bahkan tidak merasakan kereta sedang bergerak, tambahnya.
Lebih dari 20 km dari Universitas Jilin, puluhan kereta cepat berjejer rapi di pabrik perakitan CRRC Changchun Railway Vehicles Co, Ltd. Hampir 40 persen kereta cepat yang beroperasi di seluruh China diproduksi di pabrik tersebut. Selain itu, sejumlah teknologi inti kereta peluru Fuxing China juga lahir di tempat ini.
Pengembangan kereta EMU Fuxing berkecepatan 350 km per jam berarti bahwa kecepatan operasional tertinggi kereta cepat di dunia saat itu harus ditingkatkan dari sekitar 300 km per jam menjadi 350 km per jam. Zhu Yan merupakan wakil kepala perancang dari tim pengembangan kereta EMU CR400BF Fuxing di CRRC Changchun Railway Vehicles Co, Ltd. Dia menyebutkan bahwa kendala terbesar yang dihadapi timnya adalah menemukan cara mengurangi hambatan aerodinamis.
Zhu Yan memimpin timnya untuk berulang kali melakukan eksperimen, berdiskusi, dan memodifikasi rencana serta merancang bentuk moncong kereta yang baru dengan menggunakan prinsip bionik, yang secara signifikan berhasil mengurangi hambatan pada kereta dan menurunkan konsumsi energi sebesar 11 persen dibandingkan dengan model Hexie.
Masih banyak lagi contoh inovasi, pengujian, dan desain seperti ini. Setelah 503 kali perhitungan simulasi, 5.278 kali uji coba lapangan, dan 2.362 kali uji coba di jalur, kereta peluru Fuxing akhirnya diluncurkan.
“Benarkah? Kereta cepat di China diproduksi di kota tempat saya belajar? Sungguh luar biasa! Kota-kota industri tua di China memang sangat mengesankan!” ujar Avdul Harin kepada Xinhua dengan ekspresi terkejut.
Husniatul Khair (34), seorang mahasiswa internasional dari Indonesia, tumbuh besar di Bandung dan saat ini sedang mengejar gelar PhD di Universitas Jilin, dengan fokus penelitian di bidang fisika optik.
Beberapa waktu yang lalu, dirinya melakukan perjalanan ke Kota Yanji di Prefektur Otonom Etnis Korea Yanbian di Provinsi Jilin menggunakan kereta cepat dan mendapatkan pengalaman yang luar biasa. “Bepergian menggunakan kereta cepat sangat tepat waktu dan nyaman,” tuturnya.
KCJB menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki layanan kereta cepat, yang membawa kebahagiaan dan kebanggan bagi masyarakat. Avdul Harin, Husniatul Khair, dan sejumlah mahasiswa Indonesia lainnya mengungkapkan bahwa mereka telah mendengar tentang KCJB, dan mengetahui bahwa proyek itu dibangun dengan kontribusi dari perusahaan-perusahaan China yang bekerja sama dengan pihak Indonesia.
Mendengar KCJB sudah diresmikan beroperasi secara komersial, Husniatul Khair pun sangat antusias. “Dulu, saya membutuhkan waktu 3-4 jam, bahkan terkadang lebih dari 4 jam untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Berkat kereta cepat yang akan beroperasi itu, perjalanan antara kedua kota tersebut akan terpangkas menjadi sekitar 40 menit, yang akan sangat meningkatkan pengalaman perjalanan saya,” ungkapnya. Husniatul Khair menambahkan bahwa kerabat dan teman-temannya di Indonesia juga tidak sabar untuk dapat menggunakan layanan kereta cepat tersebut.
Sambil tertawa Avdul Harin mengatakan, “Saya sangat bangga negara kami telah membuat kemajuan! Kerabat saya telah mengunjungi stasiun kereta cepat di Jakarta dan mengatakan bahwa stasiun itu sangat modern, sangat berbeda dari stasiun kereta biasa.”
Baik Avdul Harin maupun Husniatul Khair mengaku tak sabar untuk mengunjungi CRRC Changchun Railway Vehicles Co, Ltd dan menceritakan kisah tentang kereta cepat China kepada rekan-rekan mereka di kampung halaman.
Laporan: Redaksi