Banner

Ilmuwan Australia buat terobosan dalam memahami cinta

Ilustrasi. (Shelby Deeter on Unsplash)

Pengalaman cinta romantis diperkirakan kali pertama muncul sekitar 5 juta tahun silam, tetapi tidak banyak hal yang diketahui tentang evolusinya.

 

Canberra, Australia (Xinhua) – Para peneliti Australia untuk pertama kalinya mengukur bagaimana otak manusia menjadikan orang yang dicintai sebagai pusat perhatian seseorang.

Dalam penelitian yang diterbitkan pada Selasa (9/1), yang sekaligus menjadi penelitian pertama di dunia yang membahas hal tersebut, tim peneliti dari Universitas Nasional Australia (ANU), Universitas Canberra (UC), dan Universitas Australia Selatan (UniSA) mengeksplorasi hubungan antara sistem aksi perilaku (behavioral action system/BAS) otak dan cinta romantis.

Tim peneliti menyurvei 1.556 orang dewasa muda yang diidentifikasi sebagai pribadi yang sedang “jatuh cinta” berdasarkan reaksi emosional mereka terhadap pasangan, perilaku mereka di sekitar pasangan, dan fokus yang mereka berikan kepada orang yang dicintai di atas segala hal lainnya, guna lebih memahami proses jatuh cinta.

Para peneliti itu menemukan bahwa otak bereaksi secara berbeda ketika seseorang sedang jatuh cinta, menjadikan orang yang dicintai sebagai pusat perhatian mereka.

Banner

Phil Kavanagh, salah satu kontributor untuk penelitian tersebut dari UC dan UniSA, mengatakan dalam sebuah rilis media bahwa temuan baru ini menunjukkan bahwa cinta romantis berhubungan dengan perubahan perilaku dan emosi.

“Kita tahu peran oksitosin dalam cinta romantis, karena gelombang oksitosin beredar di seluruh sistem saraf dan aliran darah ketika kita berinteraksi dengan orang yang dicintai,” ujarnya.

“Namun demikian, bagaimana orang yang dicintai bisa menjadi spesial adalah terkait dengan pengaruh oksitosin yang berpadu dengan dopamin, zat kimia yang dilepaskan otak kita saat mengalami cinta romantis. Pada dasarnya, cinta mengaktifkan jalur di otak yang berkaitan dengan perasaan positif.”

Oksitosin, hormon yang diproduksi secara alami di dalam tubuh, sebelumnya telah diidentifikasi sebagai penyebab perasaan euforia yang dirasakan seseorang saat jatuh cinta.

Penulis utama penelitian ini, Adam Bode dari Universitas Nasional Australia, berpendapat bahwa pengalaman cinta romantis diperkirakan kali pertama muncul sekitar 5 juta tahun silam, tetapi tidak banyak hal yang diketahui tentang evolusinya.

Untuk membantu meningkatkan pemahaman tersebut, tim peneliti selanjutnya akan menyelidiki perbedaan antara pria dan wanita dalam pendekatan mereka terhadap cinta, serta mengadakan survei global untuk mengidentifikasi berbagai tipe orang-orang yang menjalani cinta romatis.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan