Jakarta (Indonesia Window) – Para peneliti dari Rumah Sakit Fatebenefratelli Roma di Roma, Italia yang berspesialisasi dalam bidang pediatri, dan Universitas Politecnica delle Marche menemukan mikroplastik di dalam plasenta beberapa ibu, menurut laporan Independent.co.uk yang dikutip di Jakarta, Senin.
Temuan yang mereka katakan sebagai ‘masalah yang sangat memprihatinkan’ muncul saat mengidentifikasi berbagai zat sintetis dari sampel jaringan yang relatif kecil.
Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Environment International.
Para wanita yang mengambil bagian dalam penelitian di Italia tidak mengalami komplikasi dengan kelahiran anak-anak mereka, namun para ahli menjelaskan plastik dapat menjadi sarana bahan kimia berbahaya untuk merusak kekebalan tubuh bayi yang sedang berkembang.
Penulis utama penelitian tersebut, Antonio Ragusa, yang juga Kepala Departemen Kebidanan dan Ginekologi Fatebenefratelli, mengatakan “para ibu terkejut”.
Tim peneliti menemukan 12 fragmen mikroplastik di empat plasenta dari enam yang disumbangkan setelah melahirkan anak mereka.
Hanya tiga persen jaringan dari setiap plasenta yang diambil sampelnya, menunjukkan bahwa jumlah potongan mikroplastik bisa jauh lebih tinggi.
“Ketika saya melihat untuk pertama kalinya mikroplastik di plasenta, saya heran. Ini seperti memiliki bayi cyborg, tidak lagi hanya terdiri dari sel manusia, tetapi merupakan campuran dari entitas biologis dan entitas anorganik,” kata Ragusa.
Para peneliti mencatat selama seabad terakhir, produksi plastik global mencapai 320 juta ton per tahun.
Lebih dari 40 persen di antaranya digunakan sebagai kemasan sekali pakai yang sangat berkontribusi pada peningkatan limbah plastik.
Di dalam sel manusia, mikroplastik diperlakukan sebagai benda asing oleh organisme inang dan ini dapat memicu respons imun lokal. Mikroplastik juga dapat bertindak sebagai pembawa bahan kimia lain, termasuk polutan lingkungan dan aditif plastik.
Untuk memastikan plasenta yang diteliti para ilmuwan tidak terkontaminasi plastik setelah mereka meninggalkan tubuh, lingkungan bebas plastik dipertahankan selama seluruh percobaan.
Dokter kandungan dan bidan menggunakan sarung tangan katun untuk membantu wanita dalam persalinan. Di ruang bersalin, hanya handuk katun yang digunakan untuk menutupi tempat tidur pasien, dan tali pusar dijepit dan dipotong dengan gunting logam guna menghindari kontak dengan bahan plastik. Ahli patologi juga mengenakan sarung tangan katun dan menggunakan pisau bedah logam.
Laporan: Raihana Radhwa