Jakarta (Indonesia Window) – Para peneliti di Academia Sinica Taiwan tengah mengembangkan vaksin yang sangat menjanjikan terhadap beberapa sub tipe dan galur virus influenza A, kata institut itu pada Selasa (11/8) dalam laporan Kantor Berita Taiwan (CNA).
Tim peneliti yang dipimpin oleh ahli biokimia Taiwan-Amerika Wong Chi-huey menyatukan protein utama dari berbagai sub tipe virus dengan tujuan jangka panjang untuk mengembangkan vaksin yang akan efektif secara universal, kata Academia Sinica dalam pernyataan pers.
Pendekatan itu bekerja secara berbeda dari vaksin flu biasa, yang menargetkan kepala globular protein di permukaan virus, yang dikenal sebagai hemagglutinin (HA), untuk mencegahnya mengikat sel manusia, jelas pernyataan itu.
Kekurangan dari vaksin flu yang ada adalah ketika kepala globular dari protein HA bermutasi, jenis virus flu baru muncul, sehingga membuat vaksin tidak efektif, kata Academia Sinica, lembaga penelitian utama Taiwan.
Lebih lanjut, antibodi yang dikembangkan manusia sebagai respons terhadap sub tipe influenza tertentu seringkali tidak mampu melawan sub tipe dan galur lain dari virus, kata lembaga tersebut.
Guna mengatasi keterbatasan tersebut, tim Academia Sinica menggunakan protein HA dari sub tipe berbeda dari virus influenza A untuk membuat vaksin HA chimeric yang efektif secara luas, yang berarti bahwa unsur-unsurnya diambil dari sumber yang berbeda, menurut pernyataan tersebut.
Lembaga tersebut mengatakan peneliti postdoctoral Liao Hsin-yu menguji berbagai kombinasi protein HA untuk menghasilkan kandidat terbaik, berdasarkan urutan virus H1N1 dan H5N1 unggas yang paling umum.
Dalam pengujian pada hewan, vaksin tersebut menunjukkan setidaknya 80 persen kemanjuran terhadap empat galur H1N1 dan dua galur virus H5N1, dan perlindungan silang yang lebih kuat terhadap sub tipe dan galur H1, H3, H5 dan H7, kata lembaga itu.
Tim peneliti tersebut berharap bahwa penelitian mereka pada akhirnya akan mengarah pada pengembangan vaksin universal untuk melawan virus flu, atau dapat diterapkan dalam vaksin untuk melawan beberapa virus.
Penemuan tersebut dipublikasikan pada 15 Juli di PNAS, jurnal resmi National Academy of Sciences di Amerika Serikat.
Laporan: Redaksi