Warga Israel sebut kehidupan mereka berubah jadi neraka usai serangan Hamas

Sebuah ambulans tiba di sebuah rumah sakit di Ashkelon, Israel selatan, pada 9 Oktober 2023. (Xinhua/Chen Junqing)

Penduduk Kibbutz Nirim, dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, hanya memiliki waktu 10 detik untuk mencapai tempat perlindungan terdekat guna menghindari tembakan roket yang akan datang dari Gaza, Palestina.

 

Yerusalem (Xinhua) – Adele Raeder telah bertahun-tahun tinggal di Kibbutz Nirim, Israel, dekat perbatasan dengan Jalur Gaza.

Layaknya semua penduduk Kibbutz Nirim seperti dirinya, dia tahu betul bahwa ketika sirene berbunyi, dia memiliki waktu 10 detik untuk mencapai tempat perlindungan terdekat guna menghindari tembakan roket yang akan datang dari Gaza.

“Dalam 95 persen dari seluruh waktu, kami menyebut tempat ini surga, ketika hidup terasa indah,” tuturnya kepada Xinhua. “Namun, dalam 5 persen dari seluruh waktu, tempat ini adalah neraka.”

Pada Sabtu (7/10), ketika Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) melancarkan serangan mendadak ke Israel, Adele dan penduduk Kibbutz Nirim lainnya bergegas menuju tempat perlindungan mereka. Rupanya itu hanyalah awal dari hari yang mengerikan. Jumlah warga Kibbutz Nirim yang tewas masih belum final, dan beberapa orang diyakini telah diculik oleh Hamas.

Sejak mengambil alih Jalur Gaza pada 2007, Hamas telah meluncurkan roket sporadis dan serangan lain ke Israel, yang kemudian dibalas oleh Israel dengan serangan udara dan bahkan mengirim pasukan darat ke Gaza dalam dua perang.

“Anda tidak akan pernah terbiasa dengan hal ini, ini bukan sesuatu yang siapa pun bisa terbiasa, tetapi Anda belajar bagaimana menjaga diri sendiri dan apa yang harus Anda lakukan,” ungkap Raeder.

Wanita itu saat ini berada di Kota Eilat, Israel selatan, tempat para warga Kibbutz Nirim yang selamat seperti dirinya dievakuasi di tengah baku tembak.

“Saya hanya ingin segera keluar dari sana,” ujarnya, seraya menggambarkan api yang menyala-nyala dan pemandangan mayat yang hangus, mobil dan tank yang terbakar yang mereka saksikan saat melarikan diri dari baku tembak.

Penduduk Kibbutz Nirim
Rentetan roket ditembakkan dari Gaza ke arah Israel di atas Gaza City pada 10 Oktober 2023. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Tali Medina, seorang ibu empat anak dari Kibbutz Urim, 20 kilometer dari perbatasan dengan Gaza, memilih untuk tetap tinggal di peternakan sapi perahnya setelah keluarganya dievakuasi.

Suaminya kehilangan dua jarinya akibat tembakan senjata api ketika dia berusaha melarikan diri dari kelompok bersenjata dan mencapai tempat perlindungan pada Sabtu pagi waktu setempat.

Tali tidak ingin menutup peternakannya. Dia menemukan beberapa jaket dan helm untuk para petani dan melanjutkan pekerjaan mereka sementara serangan dari Gaza terus berlanjut.

Tali dan warga lainnya masih belum pulih dari peristiwa penyerbuan ratusan militan Hamas ke komunitas mereka dengan senjata api, granat, dan berbagai persenjataan lainnya.

“Kami sudah terbiasa dengan serangan roket, kami tahu bagaimana cara berlindung dari hal tersebut,” tutur Tali. “Namun, tembakan senjata api menimbulkan ketakutan mencekam yang tidak bisa saya atasi. Anda mendengarnya dan Anda tahu ada orang di luar sana yang ingin membunuh Anda, tetapi Anda tidak bisa melihat mereka,” ungkapnya.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan